Kopi dan puding buah naga untuk makan siangku |
Siang ini, kembali kusesap
nikmatnya kopi Mocca di indera perasaku. Dalam seketika, semangatku
terbangkitkan setelah sebelumnya meredup dilanda kelelahan dan kebosanan. Tak
ada lagi gejolak di perutku, sebagaimana yang kurasakan bertahun-tahun lalu
saat pertama aku mengenalnya. Cairan cokelat tua bernama kopi, memasuki
lambungku dan meremas-remasnya hingga kurasakan tak enak di perutku.
Kudengar seorang teman kuliahku
divonis menderita osteoporosis dini, karena selalu minum kopi lima cangkir
sehari, membuatku bergidik ngeri. Namun tak dapat kutampik betapa nikmatnya
cairan cokelat tua itu, saat menyentuh indera perasaku. Terlebih dia mampu
membuat mataku tak terpejam semalaman saat begadang belajar untuk ujian esok
hari. Selayaknya mahasiswa penganut sistem kebut semalam. Aku hanya
mengkonsumsi kopi saat aku membutuhkannya untuk membuat mataku kuat begadang,
selebihnya kubatasi diri, tak ingin menyusul temanku yang terkena osteoporosis
dini.
Setelah menikah, suamiku melarang
minum kopi, apalagi saat aku hamil. Padahal, justru aku ngidam minum kopi. Sesekali
kulanggar perintah suamiku. Kubaca di buku tentang kehamilan, ibu hamil
diperbolehkan minum kopi, asal tidak berlebihan. Maksimal dua cangkir sehari.
Ah, aku hanya satu cangkir, dan itupun
tidak setiap hari. Alhamdulillah, anakku lahir sehat dan tidak apa-apa.
Aku suka kopi rasa Cappucino,
Mocca, dan Brownies. Aku tak suka kopi hitam, karena efeknya sangat dahsyat,
membuatku tidak tidur semalaman, lalu besoknya terkapar. Sebagai seorang
penulis, kopi membantuku begadang untuk menyelesaikan tulisan. Tapi aku tak
sering-sering begadang, karena kutahu tak baik untuk kesehatan. Apalagi aku
harus membagi waktuku untuk mengurus rumah dan anak-anak. Bersama kopi, kumasuki
dunia penuh imajinasi dan lautan kata-kata. Seandainya bisa, aku ingin
menghabiskan bercangkir-cangkir kopi, tapi kutahu bahwa berlebihan itu tak
baik. Maka, kubatasi hanya satu cangkir kopi sehari.
Kopi, sebagaimana minuman lain, memiliki efek positif dan negatif. Kafeinnya membuat kecanduan, tetapi juga mampu meningkatkan denyut jantung, menambah semangat dan gairah, antioksidannya dapat mencegah kanker. Bila berlebihan, kandungan asamnya dapat menyebabkan keropos gigi dan tulang, kesulitan tidur, juga konstipasi.
Ah, sensasi kopi membuat
inspirasi bermunculan. Membangkitkan sarah-saraf di otakku, yang mengalir ke
jari jemariku, menari di atas tuts keyboard komputer tuaku. Kopi, aku
merindumu, seperti langit merindukan pelangi.
aku malah pecandu kopiiii.. ikutan juga ah.. :)
ReplyDeleteaku juga suka kopi.....tapi selama hamil dilarang keras ma suami buat minum kopi ;(
ReplyDeletebtw n busway kok aku malah ngiler liat puding buah naganya ya *bumil yang gagal fokus
wah, mau puding buah naganya doongg.. yummm!
ReplyDeletebtw, sukses ga-nya yaaa
aku suka kopi, paling banter 2 cangkir sehari. kalo kelebihan biasanya lambung udah ga kuat,bun. hehe
ReplyDeleteKopi kita memang asik, apalgi produk instantnya yg punya macam2 merk dg berbagai rasa. Mungkin krn itulah, kita juga punya buanyaak penulis produktif
ReplyDeleteKopi memang teman buat nulis mbak :)
ReplyDeletekopi... oh...kopi, sungguh nikmat engkau :)
ReplyDeleteaku suka kopi tapi bukan kopi hitam ( komentar ke 3 )
ReplyDeletembak gambar kopinya kok keren, caranya gimana tuh :)thks ya mbak kalo sudi dijawab.
ReplyDeleteTerima Kasih Partisipasinya :)
ReplyDeleteGOOD LUCK!
Salam,
Lisa Gopar