Setahun setelah menikah dengan
suami, kami merayakan lebaran idul fitri
yang pertama kalinya (setelah menjadi suami istri) di rumah orang tuaku.
Sudah menjadi tradisi kalau keluarga besarku suka memasak semur daging, gulai
ayam, dan sayur pepaya sebagai sajian hari raya. Ketika melihat gulai ayam,
suamiku bilang,
“eh, di sini masak kari ayam juga
ya?”
Aku mengerutkan kening, karena
gak familiar dengan nama kari ayam. “Bukan, itu gulai ayam,” sahutku,
membenarkan.
“Kari ayam…. Ibu juga masak ini
di rumah.” Suamiku bersikukuh. Dengan semangatnya, dia menyendokkan gulai ayam
(yang disebutnya sebagai kari ayam) ke piring, menemani si ketupat. “Sayang,
kuahnya sedikit. Kalau kari ayam itu kuahnya yang banyak,” katanya.
Aku manyun. Sudah dibilangin
kalau itu gulai ayam, masiiih saja kekeuh nyebut kari ayam. Emangnya kari ayam
itu kayak gimana, sih? Gak lama kok aku dapat jawabannya. Malam harinya, kami
langsung bertolak ke Garut, kampung suamiku. Di rumah mertuaku, hidangan kari
ayamnya masih ada. Ternyata memang benar, mirip dengan gulai ayam, hanya warna
kuningnya lebih tua. Aku gak tau apakah bumbunya sama, wong bumbu gulai ayam
saja aku gak tau (yang masak kan adik-adikku, hehehehe….). Tapi, kari ayam yang
dibuat ibu mertuaku itu memakai ayam jantan tua, yang direbus lama sampai
dagingnya terlepas dari tulang, dan air yang banyaaaaaak….. persamaan antara
gulai ayam dan kari ayam secara kasat mata, sepertinya ada pada warna kuahnya
yang kuning dan memakai santan.
Oke, deh. Ternyata, di situs www.resepkita.com, aku kembali menemukan
resep masakan yang mirip dengan kari ayam dan gulai ayam, namanya Ayam Kapitan.
Secara kasat mata, memang penampilannya sama, kuah kuning dan bersantan. Kemarin,
resepnya sudah kuujicoba di dapur rumahku, sebagai persembahan cinta untuk
suamiku. So, inilah Ayam Kapitan, resep
cinta untuk suamiku:
Bahan-bahan yang kugunakan:
½ Kg ayam, karena anggota
keluargaku sedikit, jadi gak usah banyak-banyak masaknya.
3 butir bawang merah
3 butir bawang putih
2 sendok makan susu bubuk Dancow
Full Cream putih, larutkan dalam 100 ml air.
½ butir santan kelapa, kelapanya
diblender biar cepat.
Jahe, 1 ruas jari
Kunyit, 1 jari
Lengkuas, 1 ruas jari, memarkan
3 lembar daun salam dan 1 batang
serai
1 sendok makan merica (karena aku
punyanya merica bubuk)
½ sendok makan garam
½ sendok makan gula pasir
½ sendok makan kaldu ayam
Bahan-bahan yang kugunakan |
Cara Membuatnya:
Bawang merah, bawang putih,
kunyit, dan jahe dihaluskan, lalu
ditumis bersama daun salam, serai, dan lengkuas. Masukkan ayam, rebus dengan
air sampai terendam. Setelah agak empuk, masukkan susu cair dan santan.
Kemudian masukkan garam, gula pasir , kaldu, dan merica. Setelah benar-benar
empuk, baru matikan kompornya, alias selesai deh.
Olalaaaa… ternyata rasanya
enaaaak bangeeet… agak beda rasanya dengan kari ayam yang biasa kubuat. Lebih
enak dan gurih. Sebenarnya ada tambahan cabai dan kemiri, tapi aku gak pakai
karena suamiku gak suka. Pakai merica saja sudah ada rasa pedasnya. Besok-besok
kalau mau masak, intip situr www.resepkita.com
dulu, ah. Lumayan, sekarang aku jadi suka masak, gara-gara sering ngintip di
sana. Mari, dicobaaa….. Btw, suamiku lahap banget makannya.
Resep Cinta Ayam Kapitan yang penuh cinta ^^ |
Wah, bisa dicoba nih Mbak, secara aq kalau masak ayam cuma digoreng sama ayam kecap aja :)
ReplyDeleteIni kontes kah?
hehe ada resepnya juga yah... di tunggu kunjungan baliknya gan
ReplyDeletejadi pake susu sama santan juga ya?
ReplyDelete