Sejuknya memandang foto ini: salah satu contoh kota hijau di Kiev-Ukraina Gambar dari www.mbojo.wordpress.com |
Kisah 1:
Awal bulan Oktober 2012, kami
menunggu-nunggu datangnya hujan. Suamiku berencana menanam pohon jati yang
sudah dibeli lahannya sejak akhir tahun 2011. Bibit-bibit pohon jati itu akan
ditanam jika sudah masuk musim hujan, agar mendapatkan pasokan air yang cukup.
Entah mengapa, hujan yang ditunggu-tunggu tak juga datang. Di tempatku (Bogor),
hujan masih mau singgah seminggu satu-dua kali, tapi di Garut (tempat di mana
bibit Jati akan ditanam), hujan sama sekali tak turun, sampai-sampai tanah
menjadi retak karena kekeringan.
Aneh, kalau mengingat belasan
tahun lalu saat aku kecil, bila sudah memasuki bulan yang berakhiran “Ber” bisa
dipastikan sudah masuk musim hujan. Tapi belakangan ini, sepertinya musim
kemarau lebih panjang daripada musim hujan. Rasanya tersiksa sekali menunggu
musim hujan datang, karena pepohonan banyak yang layu diterjang udara panas dan
kekeringan. Pasokan air menipis, tak jarang kami harus menggali sumur lebih
dalam lagi, yang memakan biaya tak sedikit.
Harga sayur mayur mengalami
kenaikan, karena banyak yang gagal panen akibat kemarau panjang. Belum lagi
hasil panennya kurang bagus. Ibu rumah tangga sepertiku, tentu saja gigit
jari.
Kisah 2:
Pagi itu, hujan turun terus
menerus, membuatku malas keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan dapur.
Akhirnya, setelah ditunggu berbulan-bulan, air hujan tercurah dari langit. Terpaksa
aku langkahkan kaki menuju rumah tukang sayur, kalau kesiangan bisa-bisa tidak
makan. Setiba di sana, kulihat keranjang ikan tak banyak terisi, hanya ada ikan
lele dan bandeng. Harganya pun mengalami kenaikan. Dan ini jawab tukang sayur,
“Cuaca buruk. Gak ada pasokan
ikan. Nelayannya gak melaut,” jawab Tukang Sayur.
Aku termenung. Kali itu di musim
hujan, pasokan ikan yang berkurang. Beberapa jenis sayuran pun sulit diperoleh,
karena katanya gagal panen akibat hujan yang terus-menerus.
Jujur saja, aku tidak tahu menahu
soal perubahan iklim, maka aku coba cari tahu mengenai perubahan iklim dan
dampak negatifnya. Menurut Wikipedia, perubahan iklim adalah perubahan jangka
panjang dalam distribusi pola cuaca secara statistik sepanjang periode waktu,
mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. Umumnya dikenal sebagai pemanasan global.
Nah, kalau pemanasan global atau Global Warming, aku sudah sering dengar.
Pemanasan global yaitu mencairnya tudung es di kutub, meningkatnya suhu lautan,
kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit yang berbahaya, banjir
besar-besaran, dan gelombang badai besar. Ditengarai sebagai akibat dari Emisi
Gas Rumah Kaca. Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang
menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut muncul secara alami dari
lingkungan, tetapi bisa juga diakibatkan oleh aktivitas manusia. Gas rumah kaca
yang paling banyak adalah Uap Air, yang diakibatkan oleh penguapan air laut,
danau dan sungai. Posisi kedua ditempati oleh Karbondioksida, yang muncul dari
letusan vulkanik, pernapasan hewan dan manusia (sebagai pelepasan oksigen), dan
pembakaran material organic (misalnya, tumbuhan). Karbondioksida dapat
berkurang karena diserap oleh lautan dan tumbuhan dalam proses fotosintesis.
Gas-gas rumah kaca lainnya adalah
Metana, yang dilepaskan selama produksi dan transportasi batubara, gas alam,
dan minyak bumi, juga pembusukan dari limbah organik, dan hasil pembuangan
hewan ternak tertentu, terutama sapi. Nitrogen Oksida, dari hasil pembakaran fosil
dan lahan pertanian. Serta gas rumah kaca lainnya: Hidrofluorokarbon yang
terbentuk selama manufaktur berbagai produk dan Klorofluorokarbon (CFC), sebagai
media pendingin yang dapat menahan panas, tapi juga menipiskan lapisan ozon.
CFC ada pada perabotan rumah tangga yang mempunyai fungsi mendinginkan, seperti
lemari es (kulkas) dan AC.
Permasalahannya, aktivitas
manusia di masa kini banyak menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama
Karbondioksida, yang berakibat pada pemanasan global, diantaranya
pembakaran bahan bakar fosil (batubara, gas
bumi, dan minyak bumi), peningkatan konsumsi hewan ternak, pemakaian alat
pendingin, kegiatan industri besar-besaran, dan sebagainya.
Di sisi lain, keberadaan tumbuhan
untuk membantu penyerapan Karbondioksida dalam proses fotosintesis telah
berkurang, juga diakibatkan oleh tangan manusia. Hutan-hutan ditebangi, tanpa
upaya penanaman kembali.
Maka benarlah sebagaimana yang
disebutkan dalam Al Quran Surat Ar Ruum: 41 “Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebagian (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).”
Ironisnya, negara yang berada di
pesisir pantai, negara kepulauan, dan
negara yang masih berkembang, adalah negara-negara yang akan terkena
dampak paling besar dari adanya pemanasan global ini. Bayangkan saja kalau
sudah terjadi perubahan iklim ekstrim, di mana cuaca sudah tak dapat
diprediksi. Para nelayan tak tahu kapan bisa melaut dengan aman, para petani
tak dapat menghasilkan panen berlimpah, dan kemiskinan besar-besaran akan
terjadi terutama pada negara-negara yang Pendapatan Perkapitanya rendah.
Beberapa tahun belakangan, kita
sudah dapat melihat akibat dari perubahan iklim yang ekstrim. Di Indonesia
saja, pada musim hujan, sering terjadi banjir besar di beberapa wilayah, bahkan
di Ibukota DKI Jakarta. Bulan Oktober 2012 lalu, Badai Sandy menerjang New York
dan Kepulauan Karibia, tepatnya Haiti, yang menelan ratusan korban jiwa. Kalau pernah menonton film “2012” yang
mengisahkan tentang hari kiamat, kemungkinan besar adegan-adegan di dalam film
itu akan terjadi di dunia nyata, apabila kita tak segera mengantisipasi
perubahan iklim.
Mari kita beradaptasi dengan
perubahan iklim, dimulai dari lingkungan terdekat.
- Beralih ke bahan bakar ramah lingkungan, meskipun ini masih agak sulit. Apalagi dengan makin maraknya produksi motor dan mobil, yang berakibat meningkatnya pemakaian bahan bakar fosil. Ke depannya, semoga pembuatan motor dan mobil bertenaga matahari atau angin bisa lebih digalakkan. Untuk sementara, bila jarak dekat, kita bisa berjalan kaki (sekaligus berolahraga) atau mengayuh sepeda kaki. Untuk jarak jauh, lebih baik kita gunakan transportasi umum dan meminimalisir kendaraan pribadi, meskipun masih banyak perbaikan yang harus dilakukan pada moda transportasi umum di Indonesia.
- Membatasi konsumsi hewan ternak, selain tidak bagus juga untuk kesehatan bila dikonsumsi berlebihan, adanya peternakan massal menyumbangkan emisi gas rumah kaca yang cukup besar. Ada bagusnya juga ya kalau sekarang harga daging sapi mengalami kenaikan, sehingga konsumsinya bisa ditekan. Keluargaku tidak sering mengonsumsi daging sapi, lebih banyak makan ikan, karena harga daging sapi masih relatif mahal untuk keuangan keluarga kami.
- Memilih alat-alat pendingin yang Non CFC. Pakailah kulkas dan AC yang Non CFC, saat ini sudah banyak tersedia di toko-toko yang menjual barang elektronik.
- Hemat listrik, untuk menghemat penggunaan batubara sebagai bahan bakar listrik. Kampanye hemat listrik sudah marak di televisi, hanya saja sebagian dari kita masih kurang peduli. Matikan lampu, televisi, yang tidak dipakai, dan gunakan barang elektronik yang hemat listrik.
- Menanam pohon, minimal di depan rumah kita. Semakin banyak pohon yang ditanam, akan meminimalkan emisi gas rumah kaca dari Karbondioksida.
- Minimalkan penggunaan kertas. Semakin banyak menggunakan kertas, semakin banyak terjadinya penebangan hutan, karena kertas dibuat dari bubur kertas, hasil pengolahan kayu. Industri perbukuan adalah salah satu penyumbang terbesar dari pemanasan global, bila tak meminimalisir penggunaan kertas. Dari sejak penulis memasukkan naskah, beberapa penerbit masih menghendaki naskah dalam bentuk hard copy, padahal naskah bisa dikirim lelaui soft copy menggunakan surat elektronik, yang bisa menekan penggunaan kertas. Buku-buku juga bisa diedarkan melalui e-book seiring dengan makin meluasnya penggunaan ponsel pintar. Lalu, bagaimana dengan tenaga baterai untuk ponsel? Semoga ke depannya juga ada baterai ponsel tenaga matahari.
Kota masa depan seperti inikah yang Anda impikan? Tak ada pohon dan suram. Gambar dari sini: www.thenewscifi.com |
Saya kemana-mana kalau jarak dekat sudah mulai naik sepeda, hemat dan tidak bikin polusi. Tapi kalau nyepeda di Garut ya...mmm...sepertinya lebih capek ya. Tapi usaha untuk membuat bumi tetap lestari kan memang capek lho ya?
ReplyDeleteMulailah hal-hal kecil yang baik mulai dari diri kita, dan anak-anak kita pun akan mengikuti hal-hal kecil yang baik itu :)
ReplyDeletesama kayak disini mba .. pas hujan-hujannya kemaren itu variasi ikan yang dibawa pedagang jadi dikit, dan harga sayur .. oh la la .. selangit!
ReplyDeletesukses yaaa :))
Mulai dari yang kecil. Seandainya semua orang sepakat tentu akan menjadi gerakan besar. Semoga menang ya mbak :)
ReplyDeletejadi pilih gag ada pasokan ikan atau sayur neh bu :D
ReplyDeleteBismillahirrahmanirrahim..
ReplyDelete"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah menjadikan mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(QS. Al-Rum : 41).
Ayat Al Quran diatas jelas menyatakan sebagian dari kerusakan dimuka bumi adalah akibat ulah manusia sendiri. Hal tersebut jelas terbukti benar. kita dapat melihat contoh real yang ada disekitar kita.
Mungkin ini yg dimaksudkan oleh Ibu/Tante Leyla Hana.. (hehehe ^_^)
dn sedikit masukan.. Semua tergantung kepada Manusianya sendiri.. jika dasar Iman dn Islamnya kokoh..insya Allah.. takkan ada kerusakan dimuka bumi ini..
Okeh..Keep smile.. ^_^ and semangat dlm menulis.
dekat dengan keseharian kita ya mbak.sukses mbak ela
ReplyDelete