Sebelum mulai cuap-cuap, kita
nyanyi dulu yuk: (laaah… ini juga cuap-cuap…)
Aku anak sehat,
tubuhku kuat
Karena ibuku, rajin
dan cermat
Semasa aku bayi,
selalu diberi ASI,
Makanan bergizi, dan
imunisasi
Berat badanku
ditimbang slalu
Posyandu menunggu
setiap waktu
Bila aku diare, Ibu
slalu waspada
Pertolongan oralit,
slalu siap sedia
Lagu Mars Posyandu itu tentu sudah
kita hapal di luar kepala saking seringnya diperdengarkan di Posyandu-Posyandu,
radio, dan televisi. Perhatikan dua bait terakhir. Mengapa hanya penyakit diare
yang disebutkan di dalam lagu itu? Ada banyak penyakit lain yang juga kerap
menyerang anak-anak, tetapi DIARE adalah penyakit yang paling sering menyerang
anak-anak.
Anak-anak di bawah usia dua tahun, rentan terkena diare
karena pencernaannya masih beradaptasi terhadap makanan dan minuman. Anak-anak
saya, contohnya. Dulu, saya sering sekali membawa mereka ke rumah sakit akibat
serangan diare. Kasihan sekali kalau anak sudah terkena diare. Pup-nya cair dan
terjadi beberapa kali dalam sehari sampai tubuhnya lemas. Si sulung bahkan
sempat masuk UGD, kemudian dicek darah untuk dilihat apakah ada bakteri
salmonella di dalam ususnya. Banyak sebab, mengapa anak saya bisa terkena
diare. Selain karena sedang dalam masa fase oral (suka memasukkan benda-benda
apa pun di dalam mulutnya), kemungkinan juga karena memakan makanan dan minum
air yang tercemar virus atau bakteri atau parasit penyebab diare.
Diare disebabkan oleh, [1]
- Infeksi bakteri, virus, dan parasit
- Alergi terhadap makanan dan obat tertentu, misal intoleransi laktosa susu sapi
- Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti campak, malaria, dll
- Pemanis buatan
Di seluruh dunia, setiap anak di
bawah usia 5 tahun mengalami diare minimal sekali dalam setahun. Artinya, ada
kecenderungan mengalami diare berulang. Di Indonesia, penyakit diare pada anak
sebagian besar disebabkan oleh infeksi rotavirus (sekumpulan virus penyebab
diare). Rotavirus biasanya menyerang anak usia 6 bulan - 1 tahun. Bakteri dan
parasit juga dapat menyebabkan diare, di antaranya bakteri vibrio cholera dan
salmonella. Virus dan bakteri ini ditularkan melalui udara, air, makanan, dan
minuman. [2]
Organisme-organisme tersebut
dapat mengganggu penyerapan makanan di usus halus. Makanan yang tidak dapat
dicerna itu kemudian masuk ke usus besar, dan menarik air dari dinding usus.
Proses transit di usus menjadi sangat singkat, sehingga air tidak sempat
diserap oleh usus besar dan menyebabkan tinja berair atau diare. Usus besar
bukan hanya kehilangan air dalam jumlah besar, tetapi juga elektrolit, yang
kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi ini yang dapat mengancam
keselamatan jiwa penderita diare.
Intoleransi laktosa susu sapi
juga dapat menyebabkan diare, biasanya terjadi pada anak yang alergi susu sapi.
Bayi membutuhkan enzim lactose untuk mencerna laktosa yang terkandung di dalam
susu sapi. Tubuh manusia hanya memproduksi sedikit enzim lactose, akibatnya
konsumsi susu sapi secara berlebihan dapat menyebabkan diare. Belum lagi untuk
mencairkan susu sapi, membutuhkan air bersih. Apabila airnya tercemar, bayi dan
balita juga akan terkena diare. Lain halnya bila bayi hanya diberi ASI. Di
dalam ASI terkandung enzim lactose, sehingga bayi yang hanya diberi ASI, tidak
akan terkena diare. Namun, pemberian ASI Eksklusif hanya sampai 6 bulan,
selebihnya bayi diberikan ASI dan Makanan Pendamping ASI. Proses pembuatan
MPASI pun membutuhkan air yang bersih untuk menghindarkan bayi dari diare.
Faktor lingkungan juga harus
diperhatikan. Lingkungan di sekitar kita harus bersih, agar tidak mencemari
makanan dan minuman yang dikonsumsi. Kualitas air yang dikonsumsi harus
terjamin kebersihannya. Jadi, air bersih sangat penting keberadaannya. Bukan
hanya bayi dan anak-anak yang membutuhkan air bersih, orang dewasa pun butuh. Orang
dewasa juga bisa terkena diare. Satu dari tiga orang dewasa mengalami diare
sekali dalam setahun. Penyebabnya hampir sama dengan diare pada anak-anak.
Diare pada orang dewasa dibedakan
menjadi dua: [3]
- Diare Akut: dimulai dengan cepat dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari
- Diare Kronis: berlangsung lebih dari 14 hari
Diare Akut disebabkan oleh
keracunan makanan (tercemar bakteri salmonella, clostridium botulinum, dan
e-coli), obat-obatan yang dapat merusak flora usus, dan intoleransi makanan
(misalnya, makanan yang mengandung susu).
Sedangkan Diare Kronis disebabkan
oleh irritable bowel syndrome
(iritasi pada usus yang berbahaya), inflamasi usus kronis, infeksi usus kronis,
penyalahgunaan obat pencahar, dan gangguan metabolic (kanker usus, hipertiroidisme,
kanker pancreas).
Penyakit diare ini tentu saja
amat mengganggu, dan akibatnya pun bisa fatal bila didiamkan, yaitu berupa
kematian. Berdasarkan penyebabnya, maka kita wajib memperhatikan makanan dan
minuman yang masuk ke dalam pencernaan. Makanan harus diproses dengan
menggunakan air yang bersih, air yang diminum pun harus bersih dan bebas dari
virus/ bakteri penyebab diare.
Serangan kuman (virus, parasit, bakteri) kepada manusia, dapat menyebabkan diare |
Sayangnya, air bersih semakin
sulit didapatkan. Berbagai wilayah di Indonesia sudah mengalami kelangkaan airbersih. Di Jawa Tengah, pada bulan Agustus 2012, kelangkaan air bersih terjadi
di 23 Kabupaten/ Kota, diantaranya Blora, Banjarnegara, Rembang, Grobogan, dan
Purbalingga. [4]
Kalimantan Selatan juga terancam
krisis air bersih. Air yang dihasilkan berwarna cokelat, karena tercemar
partikel dan lumpur, akibat penggundulan hutan, pertambangan timah, emas, bijih
besi, dan batu bara. Tak ada sumber air lain selain sungai yang tercemar,
karena penggundulan hutan menyebabkan air hujan tak terserap dengan baik.
Ironisnya, Kalsel juga tak memiliki penampungan air hujan. [6]
Sejumlah daerah di Kabupaten
Padang Pariaman juga terkena krisis air bersih pada musim kemarau yang panjang.
Warga beralih memanfaatkan air sungai untuk MCK, dan hanya yang menggunakan sumur bor saja yang
bisa memanfaatkan air tanah. Tentu saja air sungai tidak terjamin
kebersihannya, karena menjadi tempat pembuangan berbagai macam limbah. [7]
Krisis air bersih juga melanda
sejumlah desa di Ciamis, Jawa Barat. Warga harus berjalan puluhan kilometer
demi mendapatkan air.[8] Bahkan, di Jakarta sendiri, sebagai pusat ibukota, krisis air bersih tak dapat
dielakkan. Ironis, 94% air tanah di Jakarta sudah tercemar. PDAM (Perusahaan
Daerah Air Minum) hanya dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk 54% warga
Jakarta. PDAM kesulitan mengolah air tanah Jakarta karena kadar limbahnya terlalu
berat. [9]
Daerah-daerah lain di Indonesia
juga mengalami krisis air bersih. Mengapa Indonesia bisa terkena krisis air
bersih? Beberapa faktor penyebab kelangkaan air bersih, diantaranya:
- Kemarau panjang, yang terjadi pada sekitar bulan Juni-Agustus, menyebabkan persediaan air tanah berkurang, bahkan tidak ada sama sekali.
- Hutan gundul menyebabkan erosi, sehingga air hujan tak dapat diserap oleh tanah. Pohon berfungsi untuk membantu penyerapan air hujan di dalam tanah. Bila tidak ada pohon, maka air hujan akan terbuang ke sungai atau laut.
- Eksploitasi besar-besaran terhadap air tanah, akibat pertumbuhan populasi penduduk yang amat cepat. Semakin banyak penduduk Indonesia, semakin banyak air yang dikonsumsi. Apabila tidak diiringi dengan konservasi air, maka jumlah air yang ada tidak seimbang dengan jumlah penduduk, dan terjadilah krisis air. Eksploitasi besar-besaran juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan air minum gallon atau kemasan.
- Pencemaran air, yang diakibatkan oleh berbagai macam limbah, dari mulai limbah rumah tangga (deterjen, tinja, dsb), limbah industri, pertambangan emas, bijih besi, batu bara, timah, dan sebagainya.
Penyebab Krisis Air: Kemarau, Pencemaran Air, Penggundulan Hutan, Pertambangan |
Solusi untuk Mengatasi Krisis Air
Tentu saja kita tidak dapat
mencegah datangnya musim kemarau, karena merupakan fenomena alam. Tetapi, kita
dapat mengatasi krisis air bersih setiap musim kemarau datang. Sungguh aneh
tapi nyata, di musim hujan kita berlimpah air sampai terjadi banjir di
mana-mana, sebaliknya di musim kemarau kita kekeringan. Apa pasal? Karena kita
kurang mengantisipasi datangnya musim hujan agar air yang tercurah dapat
dimanfaatkan saat musim kemarau.
Ingatkah kita dengan kisah Nabi
Yusuf yang memecahkan masalah paceklik di Mesir? Solusinya, saat sedang panen,
simpan sebagian hasil panen sebagai persediaan untuk musim paceklik. Begitu
juga dengan krisis air di musim kemarau. Simpanlah air yang berlebih saat musim
hujan, untuk persediaan di musim kemarau. Caranya?
Penanaman pohon secara
besar-besaran, terutama reboisasi hutan-hutan gundul. Akar pohon besar dapat menahan air hujan agar
tidak terbuang ke sungai atau laut. Sayangnya, di perkotaan, sulit dilakukan
karena setiap jengkal tanah dijadikan bangunan dan ditutup dengan semen. Tak
heran bila udara di kota terasa panas menyengat, amat sedikit terdapat pohon
yang menaungi. Wajar jika kekeringan terjadi di ibukota Jakarta, yang hampir
seluruh wilayahnya dijadikan bangunan.
Sebenarnya, di Jakarta dan
sekitarnya, sejak zaman Belanda sudah dibangun situ-situ atau danau-danau untuk
menampung air hujan sebagai persediaan di musim kemarau. Namun, fungsi dari situ
itu telah mengalami peralihan. Bahkan, di pinggir situ dipadati oleh bangunan,
akibatnya pun fatal. Masih ingat kasus jebolnya situ gintung di daerah Ciputat,
Tangerang Selatan? Airnya meluap ke perumahan penduduk yang berada di bawahnya?
Tragis, karena terdapat puluhan korban tewas dan hilang yang tak sempat
melarikan diri dari terjangan air. Berdasarkan penelitian oleh BPPT (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi), ada erosi buluh pada bagian tanggul yang
jebol, yang menyebabkan terjadinya rembesan air ke dalam kapiler retakan yang
membuat badan tanggul longsor. Bencana yang terjadi di kawasan situ gintung
adalah akibat dari kegiatan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan
hidup, selain juga karena tekanan populasi penduduk. [10]
PR besar untuk Pemerintah adalah
mengoptimalkan kembali fungsi situ-situ dan danau-danau sebagai penampung air
hujan, selain itu melakukan penanaman pohon di pinggir-pinggir jalan besar. Di
beberapa titik, dapat dibuat taman-taman kota yang khusus untuk penghijauan.
Harus diawasi agar tidak ada gelandangan yang memanfaatkannya sebagai tempat
tinggal, akibatnya malah memberi peluang berdirinya pemukiman baru. Ini bukan
hal baru, lihat saja di bawah-bawah jembatan jalan raya ibukota, yang semula
dibuat taman, kini menjadi pemukiman para pendatang.
Nah, bila di tempat tinggal kita terdapat lahan
kosong, optimalkan dengan menanam pohon. Syukurlah, di depan rumah saya ada
lahan kosong yang dapat saya tanami pohon mangga, pisang, jambu, nangka, dan
lain-lain. Udara pun terasa sejuk. Ya, wajar saja, karena saya tinggal di
kampung, jadi masih banyak tanah kosong yang belum dijadikan bangunan. Kalaupun
kita tinggal di perumahan padat penduduk, kita masih bisa memaksimalkan lahan
kosong di depan rumah. Jangan semuanya ditutup semen, sisakan sedikit untuk
menanam pohon.
Bagaimana jika sama sekali tidak ada lahan kosong? Bisa dibuat lubang resapan biopori untuk menampung air hujan. Lubang resapan biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 100 cm, atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan sampah organik, untuk menghidupkan mikroorganisme tanah, seperti cacing tanah. Cacing ini akan membentuk pori-pori atau terowongan dalam tanah (biopori), yang dapat mempercepat resapan air ke dalam tanah secara horizontal.
LRB ini dapat mengurangi genangan air (otomatis mengurangi banjir) dan sampah organik (karena sampah organik dimasukkan ke dalam lubang). Kita tidak akan kesulitan lagi membuang sampah dapur (sisa-sisa makanan) atau dedaunan yang jatuh, dan tidak akan ada genangan sampah bila mau memanfaatkan LRB ini. Dalam waktu kurang lebih 2 minggu, sampah yang ada di dalam lubang, dapat digunakan sebagai pupuk kompos untuk menyuburkan tanaman. Lubang ini juga bermanfaat untuk menyerap air hujan, otomatis cadangan air tanah saat musim kemarau pun bertambah. [11]
Lubang Resapan Biopori Gambar dari sini |
Biarpun kita sudah melakukan
usaha untuk menahan air hujan agar tidak terbuang ke sungai, kita tetap
perlu melakukan penghematan air. Gunakan
air sebijak mungkin. Beberapa cara dalam menghemat air, diantaranya:
- Kalau mau minum, ambil air secukupnya dan habiskan. Jangan disisakan, lalu terbuang percuma. Begitu juga kalau kita disuguhi minum saat sedang bertamu. Habiskan air minumnya, agar tidak mubadzir.
- Kalau sedang menggosok gigi, matikan air krannya dulu, jangan dibiarkan terus mengucur. Begitu juga saat sedang mencuci muka dan tangan. Nyalakan air hanya pada saat membilas.
- Kalau sedang mencuci baju, gunakan detergen hemat air, yaitu detergen yang bisa satu kali bilas. Juga gunakan detergen yang ramah lingkungan, yaitu detergen yang limbahnya tidak berbahaya untuk lingkungan.
- Kalau sedang mengepel lantai, sisa air pelnya jangan dibuang. Gunakan juga untuk membersihkan teras.
- Air cucian beras, sayur mayur, buah-buahan, jangan biarkan terbuang. Gunakan untuk menyiram tanaman.
- Jika bepergian, lebih baik membawa botol minum dan isi air dari rumah untuk mengurangi konsumsi air minum dalam kemasan. Air minum kemasan, selain plastiknya menambah jumlah sampah, juga akan mendorong eksploitasi besar-besaran air tanah oleh Perusahaan Air Minum Swasta.
Dan masih banyak lagi tindakan
penghematan air yang dapat kita pikirkan dan kerjakan bersama-sama.
3 Langkah Mudah Melestarikan Air Minum 1. Ambil air minum secukupnya dan habiskan 2. Gunakan air keran dengan bijak 3. Tanam pohon di depan rumah Gambar: Dokumen Pribadi |
Mari kita jaga kelestarian air minum untuk anak cucu kita :-)
Sumber gambar:
http://dulpendez.multiply.com/journal/item/10
http://anugerahadina.blogspot.com/2011/05/kuman-lagi-lagi-pake-kata-kuman-bakteri.htm
http://felisblog.com/8-tempat-paling-berkuman-di-restoran-2/
http://www.apasih.com/2010/12/kuman-berkembang-cepat-di-lautan.htm
http://sumut-berita.blogspot.com/2012/05/penebangan-hutan-terus-berlanjut-hutan.html
http://kampus.okezone.com/read/2011/02/09/18/422982/china-bersiap-hadapi-kekeringan
http://infoedukasi.net/2012/02/13/beda-teknik-pertambangan-dan-teknik-perminyakan/
http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/03/04/menjelang-hari-air-surat-dari-manusia-tahun-2070/
Keyen mbak ela.sukses ya mbak.smoga menang.aamiin
ReplyDeletesmoga sukses bu kepsek
ReplyDeleteHuaaaa...puanjaaaaang ya :D
ReplyDeleteSemoga menang mbak
WOW... komplit, panjang banget, gambar-gambarnya juga kereeeeen. Gutlak Mbak, moga menang yah ^_^
ReplyDeleteWah, sepertinya calon juara nih. Semoga tulisannya menang ya mbak ^^
ReplyDeleteitu gambarnya yg paling bawah gambar sendiri mbak? bagus ya.. jelas menggambarkan kelebihan pureit :)
ReplyDeleteTerima kasih atas semua komennya. Semoga doa-doanya diijabah Allah Swt. Aamiin... :-)
ReplyDeleteWah, keren gambar kartun dibawahnya. Dengan melihat itu saja, langsung dapat manfaat nyata pure it. Sukses, Mba. Jangan lupa berkunjung ke blog aku juga, ya hehehe ;p
ReplyDeletehttp://hertilysurviva.wordpress.com