Jika Anda mau
berjalan-jalan ke Jakarta dengan menggunakan Kereta Listrik dan transportasi
umum, Anda akan dengan mudah melihat
pemandangan seperti di atas. Ironis, karena daerah yang menjadi pusat
pemerintahan dan tentunya dekat dengan pengambil keputusan, masih didapati
warga miskin yang tinggal di rumah tidak layak pakai, bahkan tidak punya rumah.
Perumahan kumuh berdampingan dengan gedung-gedung pencakar langit, menjadi
pemandangan yang biasa saja. Tak mengganggu citra sebuah ibukota negara yang
semestinya menampakkan kemakmuran dan kesejahteraan, setidaknya di ibukotanya.
Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia sampai bulan Maret 2012 mencapai 29,13
juta orang atau 11, 96 % dari total penduduk Indonesia. Dari semua daerah di
Indonesia, predikat daerah termiskin di Indonesia dipegang oleh Papua. Menurut
Sensus Nasional BPS 2010, ada 10 provinsi termiskin di Indonesia yaitu: Papua
Barat, Papua, Maluku, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat,
Aceh, Bangka Belitung, Gorontalo, Sumatera Selatan. Yang dimaksud dengan penduduk miskin adalah mereka
yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis
kemiskinan. Sedangkan angka garis kemiskinan pada Maret 2010 adalah Rp 211. 725
per kapita per bulan.[1]
Sungguh ironis bila Papua
menduduki peringkat pertama daerah termiskin di Indonesia, sebab TAMBANG EMAS
terbesar di dunia justru berada di Papua. Ya, tambang emas Grasberg, yang
dimiliki oleh PT Freeport Mc Moran-Copper and Gold di Papua ini berada di
urutan pertama tambang emas terbesar di dunia, dilihat dari luas area dan
produksi per tahunnya. Tambang emas berlokasi di dekat pengunungan Jayawijaya
ini, telah memproduksi sekitar 40.036 Kg emas, per akhir tahun 2011.[detik.com]Jika melihat harga emas yang terus naik, semestinya hasil bumi ini dapat memakmurkan
minimal rakyat Papua, sebagai pemilik tanah Papua. Tetapi, kenyataannya, Papua
justru menjadi daerah termiskin di Indonesia. Mengapa?
Sebagian saham PT Freeport
Indonesia dipegang oleh Freeport Mc Moran Copper and Gold Inc, USA (United
Stated of America) sebesar 81,28%. Sedangkan Pemerintah Indonesia hanya
memegang saham sebesar 9,36%.[wikipedia.org] Ini artinya, 80% keuntungan PT Freeport Indonesia
mengalir ke USA. Tak heran bila warga Papua memberontak dan membuat kerusuhan
di sekitar Freeport, hingga ada yang terbunuh. Mereka hanya mencoba
mempertahankan sumber daya alam miliknya dari penjajah asing.
Selain memiliki tambang emas
terbesar di dunia, Indonesia juga menyimpan banyak sumber daya alam. Tanah
Indonesia sangat subur, sehingga sekalipun kita hanya melemparkan sebatang
kayu, kayu itu bisa tumbuh menjadi tanaman yang bermanfaat. Ya, kayu itu adalah
batang singkong. Umbinya dapat diolah menjadi berbagai macam makanan, daunnya
pun bisa dimakan.
Sektor pariwisata Indonesia
adalah salah satu kekayaan negara ini yang juga patut dibanggakan. Indonesia
memiliki banyak destinasi tempat wisata yang indah dan memberikan sensasi
berwisata yang tak terlupakan. Sebutlah salah satunya, Teluk Kiluan, di
Lampung, tempat ratusan ikan lumba-lumba bermigrasi. Di Teluk Kiluan, kita dapat
melihat ratusan lumba-lumba meloncat-loncat, timbul tenggelam, saling
menunjukkan diri di hadapan wisatawan.
Sayangnya, hanya sedikit destinasi wisata di
Indonesia yang dikelola dengan baik sehingga menarik minat para wisatawan
domestik dan internasional, di antaranya Bali, yang amat terkenal di dunia. Sisanya
dibiarkan terbengkalai dan tidak memberikan nilai kemanfaatan bagi warga yang
tinggal di sekitarnya. Semestinya bila sektor wisata dikelola dengan baik,
keuntungannya dapat dinikmati oleh warga yang tinggal di sekitar tempat wisata,
itu berarti meningkatkan pendapatan penduduk.
Sumber daya alam yang melimpah
itu, juga disertai dengan sumber daya manusia yang banyak. Jumlah penduduk
Indonesia mencapai 245 juta jiwa pada tahun 2012. Dari jumlah itu, jumlah
angkatan kerja 120,41 juta orang, jumlah penduduk yang bekerja 112, 80 juta orang,
dan jumlah pegangguran 7, 61 juta orang. Dengan jumlah penduduk yang bekerja mencapai 112, 80 juta orang, ditambah
sumber daya alam yang melimpah, semestinya Indonesia bisa menjadi negara maju,
lebih maju dari Singapura, negara yang luar daerahnya tidak lebih besar
daripada Bandung, ibukota Provinsi Jawa Barat.
Ironisnya, pendapatan per kapita
Singapura justru jauh lebih besar daripada Indonesia. Negara yang hanya
memiliki luas 699 kilometer persegi dan jumlah penduduk 4,75 juta jiwa ini,
memiliki Pendapatan Domestik Bruto Per Kapita $ 52.840 atau 450 juta per tahun.[vivanews] Bandingkan dengan Indonesia yang jauh
lebih luas, lebih banyak sumber daya alamnya mulai dari sektor pertambangan,
pertanian, hingga pariwisata, dan lebih banyak jumlah penduduknya. Pendapatan
per kapita Indonesia hanya 30, 8 juta per tahun. [Inaplas.org]
Kesuksesan Singapura dicapai
melalui:
- Tekad dan Kerja Keras Rakyatnya
- Pendidikan yang berorientasi pada minat dan bakat siswa, sehingga mengembangkan potensi anak
- Semangat Nasionalisme
- Peran Pemerintah dalam Mengembangkan Sektor Jasa dan Keuangan
- Kurikulum yang berorientasi pada semangat wirausaha, inovasi, kreasi, dan kemampuan berkompetisi
Mari kita bandingkan poin-poin di
atas dengan kondisi di Indonesia:
Tekad dan Kerja Keras Rakyatnya
Rakyat Singapura bekerja dari
pagi hingga tengah malam. Mereka memiliki semangat kerja yang tinggi. Peran
Perdana Menteri Singapura yang pertama, Lee Kuan Yew, yang terus memupuk
semangat kerja keras rakyatnya, juga sangat besar. Mobilitas rakyat Singapura
sangat tinggi. Segala potensi mereka maksimalkan mengingat mereka tidak
memiliki sumber daya alam yang maksimal. Bandingkan dengan di Indonesia. Masih banyak
terdapat pengangguran di Indonesia, dengan jumlah 7, 61 juta orang. Terlebih di
jalan-jalan mudah kita temui pengemis dan pengamen yang mencari uang dengan
jalan meminta-minta. Tak ada semangat bekerja yang lebih mulia, bahkan mungkin
menjadi pengemis sudah diartikan sebagai salah satu pekerjaan.
Pendidikan yang Berorientasi pada Minat dan Bakat Siswa, sehingga
mengembangkan potensi anak
Anak-anak Singapura masuk SD pada
umur 7 tahun dan belajar selama enam tahun. Hanya ada 4 pelajaran yang
diajarkan di SD, yaitu Bahasa Inggris, Matematika, Sains, dan Bahasa Ibu. Bandingkan
dengan pelajaran SD di Indonesia yang begitu banyak dan padat. Otak anak
Indonesia dijejali dengan berbagai macam pelajaran, sampai-sampai tak ada yang
diingatnya.
Setelah lulus SD, anak-anak
Singapura melanjutkan ke Sekolah
Menengah selama empat tahun. Ada banyak pelajaran yang ditawarkan. Anak-anak
memilih pelajaran mana yang ingin mereka pelajari. Tidak dipaksa untuk
mempelajari semuanya. Tidak semua anak masuk ke Sekolah Menengah. Ada yang
memilih melanjutkan ke Pendidikan Vokasi, pendidikan tinggi yang diarahkan pada
penguasaan keahlian tertentu. Kemudian mereka melanjutkan ke Junior College dan
Universitas [8].
Jelasnya, sejak lulus SD,
anak-anak Singapura dibebaskan memilih mau melanjutkan ke mana, sesuai dengan
minat dan bakatnya. Tidak dipaksakan untuk mengambil jurusan tertentu. Tidak seperti
di Indonesia. Para orang tua lebih bangga jika anaknya dapat masuk jurusan IPA
atau Sains, padahal tidak semua anak memiliki minat, bakat, dan potensi di
bidang Sains. Jika ditanya apa cita-citanya, banyak anak Indonesia menjawab “ingin
jadi dokter.” Otomatis, orang tua mengarahkan ke jurusan Sains. Anak-anak yang
dipaksa mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nuraninya, kelak akan
bekerja dengan tidak semangat, tidak termotivasi, dan hanya untuk bertahan
hidup.
Semangat Nasionalisme
PM Lee Kuan Yew juga menanamkan
semangat nasionalisme pada diri rakyat Singapura, agar mereka bangga terhadap
produk dan hasil karya bangsa sendiri. Bandingkan dengan Indonesia yang lebih
bangga dengan produk buatan luar negeri. Tak ayal, pendapatan rakyat Indonesia
lebih banyak mengalir ke luar negeri, contohnya, membeli tas-tas, baju, dan sepatu
bermerk berharga ratusan juta dari produsen luar negeri, membeli makanan luar
negeri, dan lain sebagainya. Kita tidak sadar, setiap rupiah yang kita
keluarkan untuk membeli barang produksi
luar negeri, akan mengalir ke kantong negara produsen dan merugikan negara
kita. Padahal, banyak barang hasil
buatan dalam negeri yang tidak kalah bagus.
Peran Pemerintah dalam Mengembangkan Sektor Jasa dan Keuangan
Berhubung Singapura tak memiliki
sumber daya alam yang melimpah, maka pemerintahnya mengoptimalkan usaha jasa
dan keuangan sebagai sumber pendapatan devisa. Salah satunya adalah usaha jasa
kesehatan. Rumah sakit di Singapura terkenal kualitasnya, bahkan banyak orang
kaya Indonesia yang berobat ke Singapura. Wisata kesehatan di Singapura ini
dimanfaatkan benar oleh Pemerintah Singapura. Mereka terus meningkatkan
kualitas rumah sakit agar jumlah wisatawan kesehatan pun meningkat. Negara
Indonesia kehilangan devisa mencapai Rp 20 triliyun per tahun,[giewahyudi.com] yang mengalir ke
Singapura dari usaha jasa kesehatan itu. Singapura juga mengembangkan wisata belanja
dan perjudian, untuk menarik devisa dari warga negara asing.
Bagaimana dengan Indonesia? Sebagaimana kita lihat sendiri. Belum ada upaya maksimal dari pemerintah untuk mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang melimpah di Indonesia. Bahkan, masih banyak obyek wisata yang terbengkalai. Sumber daya alamnya pun diambil alih oleh pihak asing, seperti tambang emas di Papua. Beberapa kali, warisan bangsa Indonesia diakui oleh negara lain, diantaranya batik, tempe, reog, dan lain-lain, akibat kurang cepatnya pemerintah mengurus hak paten. Seandainya potensi yang ada Indonesia dimaksimalkan sedemikian rupa, niscaya Indonesia menjadi negara yang jauh lebih maju daripada Singapura.
Kurikulum yang Berorientasi pada Semangat Wirausaha, Inovasi, Kreasi,
dan Kemampuan Berkompetisi
Di Indonesia, kesalahan cara
berpikir ini masih mengakar, yaitu:
Bekerja itu adalah menjadi Pegawai Negeri Sipil
Setiap kali dibuka penerimaan
CPNS, berbondong-bondong angkatan kerja yang mengikuti seleksi. Bahkan tak
masalah bila harus “membayar” agar bisa menjadi PNS. Banyak rakyat Indonesia
yang bangga bila berhasil menjadi PNS, sebab menjadi PNS adalah pekerjaan yang
menjanjikan dan menjamin masa tua, dengan tanggungan pensiun. Ada orang tua
yang sangat memaksa anaknya agar bisa menjadi PNS. Memang tak masalah jika kita
ingin menjadi PNS, tetapi pekerjaan bukan hanya sebagai PNS. Tak perlu frustasi
bila tak menjadi PNS. Apalagi, bila menilik namanya, Pegawai Negeri Sipil
adalah pelayan rakyat, pekerjaan yang gajinya berasal dari pajak rakyat. Dari
puluhan ribu yang mendaftar, hanya ratusan yang lolos seleksi. Lalu, bagaimana
nasib yang tidak lolos? Apakah masih terus berharap menjadi PNS?
Bekerja itu adalah menjadi Karyawan Kantor
Jika gagal menjadi PNS, orang tua
berharap anaknya bekerja di kantor menjadi karyawan swasta. Tak mengapa gaji
kecil, asalkan menjadi pegawai tetap dan mendapat gaji bulanan. Padahal,
lapangan pekerjaan di Indonesia tak sebanding dengan jumlah angkatan kerjanya. Itulah
mengapa tercipta pengangguran, yang tak mengisi waktunya dengan kegiatan
produktif dan lebih suka mencari pekerjaan di kantor-kantor.
Membuat Usaha Sendiri? Pekerjaan Apa Itu?
Ketika seorang anak yang telah
memasuki usia produktif, berinisiatif ingin membuka usaha sendiri daripada
menjadi karyawan, apa tanggapan Anda, para orang tua? Sebanyak yang saya tahu,
orang tua tak merasa bangga jika anaknya yang lulusan Sarjana hanya menjadi
pedagang. Pekerjaan pedagang dianggap hanya sebagai pekerjaan orang yang tak
berpendidikan. Misalnya, seorang lulusan sarjana yang tak kunjung mendapatkan
pekerjaan, lalu berinisiatif berwirausaha dengan berjualan buku atau berdagang
makanan, orang tua tak akan menganggap hal itu sebagai pekerjaan, melainkan
hanya sampingan sebagai pengisi waktu luang saat menunggu tersedianya lapangan
pekerjaan.
Di Singapura, kurikulum
pelajarannya memasukkan pelajaran wirausaha. Siswa dibimbing untuk berpikir
kreatif, mengembangkan keterampilannya, dan berusaha menciptakan inovasi dalam
meramu sumber daya yang ada. Siswa dibimbing untuk menjadi calon entrepreneur,
calon wirausahawan. Seorang wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif
dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang
dan perbaikan hidup (Prawirokusumo).[carapedia.com] Ketika lulus, mereka tak terpikir untuk
mencari pekerjaan melainkan menciptakan lapangan kerja.
Peran BUMN Terhadap Keberhasilan Wirausaha Mandiri
Pada tahun 2011, jumlah wirausaha di Indonesia hanya 0,24% dari jumlah penduduknya. Sedangkan di Singapura mencapai 7% dan di Amerika 11%. Sehingga wajar bila pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat lambat. Sekalipun memiliki sumber daya alam dan manusia yang melimpah, Indonesia masih dikategorikan sebagai negara berkembang. Berbeda dengan Singapura yang sudah dikategorikan sebagai negara maju. Untuk itu, diperlukan peran serta pemerintah dalam meningkatkan jumlah wirausaha, memberikan pemahaman kepada generasi muda agar tidak lagi hanya mencari pekerjaan melainkan juga menciptakan lapangan kerja. Melakukan inovasi dengan mengembangkan ide-ide kreatif untuk dijadikan sebagai usaha mandiri.
Selain pemerintah, diharapkan BUMN dan perusahaan swasta lain juga ikut berkontribusi membangun Indonesia dengan mengadakan program-program yang dapat mendorong wirausaha mandiri.
Ibu Rumah Tangga dan Pekerja Kreatif, Target Selanjutnya?
Kini, banyak wanita usia produktif yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga setelah memiliki anak, agar dapat mengasuh anaknya sendiri secara total. Beberapa di antaranya memiliki keinginan berwirausaha, baik untuk membantu perekonomian rumah tangga maupun mengisi waktu luang. Usaha-usaha rumahan yang dilakukan para ibu rumah tangga, diharapkan juga mendapatkan suntikan modal dan semangat dari Perbankan. Lambatnya kemajuan usaha salah satunya disebabkan kurangnya modal dan pengetahuan mengenai kewirausahaan. Usaha-usaha rumahan itu meliputi; katering dan kue, kerajinan tangan, industri rumahan, dan lain sebagainya.
Selain ibu rumah tangga, ada juga pekerja kreatif rumahan yang membutuhkan suntikan dana dan semangat dari Pemerintah, BUMN, dan perusahaan-perusahaan swasta lain. Misalnya, ilustrator, penulis buku, filmmaker, dll.
kalo saya sih setuju setuju saja dengan uraian di atas mbak
ReplyDeletetapi masalah di indonesia tidak serumit singapura, indonesia penduduknya berapa kali lipat singapura, indonesia luas wilayah berapa kali lipat singapura
mengatur sedikit orang dan sedikit wilayah itu lebih mudah mbak dari pada mengatur banyak orang dan wilayahnya luas
Iya, bener juga..
Deleteya paling gak ada usaha untuk memajukan Indonesia, salah satunya dgn program WMM itu.
Makasih dah mampir, Mas Imam :)
Luas suatu negara jangan terlalu dijadikan negara kita susah maju. Lihat saja ga sedikit ko negara yang geografisnya luas tapi bisa maju.
DeletePeradaban suatu negara banyak faktor yang dapat mempengaruhinya.
Betul juga yaa
DeleteAmerika lebih luas daripada Indonesia, to?
yang jelas harus optimis ya mbak.mo luas mo sempit, optimis.karena optimis adalah sodaraan ama khuznudzan.sukses ya mbak ela.(alhamdulillah baby keen lg bobo'.salam cium buat dek salim.:*)
ReplyDelete