Ada yang beda dari gerobak tukang bubur yang jualan di komplek perumahan tempat saya tinggal.
Di gerobak itu ada tulisan: "Anak Yatim Makan Gratis."
Wah, kejutan besar, nih! Kok tumben tukang bubur menggratiskan anak yatim? Yaaa... soalnya sudah lima tahun yang lalu dia jualan bubur... baru tahun ini buburnya gratis untuk anak yatim. Apakah ada "sesuatu" yang menggerakkannya?
Saya cuma menebak-nebak. Apakah dia terinspirasi dengan sinetron "Tukang Bubur Naik Haji? Ternyata tebakan saya benar. Baru tadi pagi dia menyebutkan, berharap bisa naik haji dengan menggratiskan anak yatim makan buburnya.
Hmmm... dari sini saya berpikir, betapa media bisa menginspirasi seseorang untuk melakukan sesuatu, apakah itu kebaikan ataupun keburukan. Tentu saja, para penulis termasuk pegiat media, lewat tulisannya yang dipublikasikan. Bagus, jika kita bisa menginspirasi seseorang melakukan kebaikan melalui tulisan yang kita sebarkan. Insya Allah menjadi pahala yang tak putus-putus. Bagaimana jika kita menyebarkan keburukan?
Saatnya berhati-hati lagi menulis.....
semoga tukang buburnya laris manis ya mbak
ReplyDeletesaya juga terkadang nulisnya ngawur dan penuh emosional, semoga saya bisa sadar dan leih baik dalam menulis ^^
setuju sekali, jangan sampai tulisan kita justru menyetor dosa yg ga putus2 :(
ReplyDelete