“Rasulullah bersabda, ‘Senantiasa
ada segolongan dari umatku yang berada di atas kebenaran dan menghadapi musuh
mereka dengan kekuatan. Tak ada yang bisa memberi mudharat kepada mereka sampai
Allah mendatangkan urusan-Nya sementara mereka tetap berada dalam kondisinya
(tetap di atas kebenaran dan berjuang dengan kekuatan).’ Para sahabat bertanya,
‘Di mana mereka ya, Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Di Baitul Maqdis dan
sekitarnya.” HR. Ahmad.
Baitul
Maqdis adalah Yerusalem, Palestina. Dan
di tempat itulah kini Furqon berada. Di tanah jihad yang dijanjikan. Tanah suci
tiga agama; Islam, Nasrani, dan Yahudi. Tanah kelahiran para nabi. Sejak dulu,
Palestina selalu membara dan menjadi tempat pertumpahan darah. Masjidil Aqsha,
di Baitul Maqdis, adalah tempat persinggahan Rasulullah saat Isra Mikraj. Kaum
muslimin ingin menziarahinya, tetapi faktor keamaan menghalangi. Bermula dari
migrasinya bangsa Semit, suku Kanaan ke tanah yang kini disebut Palestina.
Lalu, hijrah keluarga Nabi Ibrahim ke Yerusalem, Palestina. Hingga Nabi Ishaq memiliki
anak, Nabi Yaqub, yang mempunyai julukan “Israil,” berarti Hamba Allah.
Dari
keturunan Nabi Yaqub-lah asal mula Bani Israil, yang kini disebut Israel. Hingga
Nabi Musa dan Nabi Daud, di mana Bani Israil menjadi bangsa yang kuat di bawah
pimpinan Nabi Daud dan mencapai puncak keemasan di masa Nabi Sulaiman. Agama
mereka disebut juga Yehuda, atau Yahudi, sesuai nama keturunan Nabi Musa yang
paling banyak anaknya. Sayangnya, lambat laun terjadi penyimpangan dalam agama
Nabi Musa. Nabi Sulaiman mendirikan Haikal Sulaiman, yang kemudian dihancurkan
oleh Raja Nebukadnezar.
Lalu,
kota itu jatuh ke tangan Romawi dan menjadi pusat agama Nasrani. Hingga
kemudian ditaklukkan oleh Umar bin Khattab, dan membangun peradaban Islam
dengan tetap bersikap toleransi dan menghargai para penganut agama lain seperti
Yahudi dan Nasrani. Maka, tak heran bila kelak Yerusalem menjadi kota suci bagi
tiga agama; Islam, Nasrani, dan Yahudi. Akan tetapi, atas perintah Paus
Urbanus, terjadilah perang salib, di mana penganut agama Islam dan Yahudi
dibantai habis-habisan. Sampai datanglah Salahudin Al Ayyubi yang kembali
menaklukkan Palestina, tetapi bersikap adil terhadap pemeluk Nasrani. Mereka
tidak dibunuh dan dibantai sebagaimana yang terjadi kepada umat Islam. Hanya
orang-orang Nasrani yang membantai umat Islam saja yang mendapatkan hukuman,
sedangkan yang tidak, dibiarkan untuk tetap tinggal di Palestina dengan damai.
Dan
kini, Palestina berada di tangan Israel, yang rupanya tidak kalah kejam dengan tentara
perang salib. Israel ingin mengembalikan masa keemasan mereka saat di bawah
kepemimpinan Nabi Sulaiman, sayangnya dengan cara-cara yang tidak
berperikemanusiaan, berupa genosida warga Palestina yang bukan keturunan
Yahudi. Mereka dibunuh dengan jalan kekerasan maupun blokade ekonomi. Rumah-rumah
warga Palestina dihancurkan, tanah dirampas dan dijadikan pemukiman warga
Israel. Warga Palestina terpaksa tinggal di tempat-tempat pengungsian yang
tidak layak serta memiliki masa depan suram. Tidak ada lapangan pekerjaan di
Palestina, fasilitas terbatas. Makanan, air bersih, semuanya dijatah oleh
Israel. Warga Gaza hanya memiliki otonomi secara administratif, lain-lainnya
diatur oleh Israel. Bila ada pemberontakan, hasilnya bombardir besar-besaran
sebagaimana yang dilihat oleh mata kepala Furqon.
Namun,
di balik kesulitan hidup mereka, warga Gaza tetap ramah terhadap pendatang,
sebagaimana yang dialami para dokter yang memperluas wilayah pengobatannya
dengan mendatangi langsung rumah-rumah penduduk Gaza. Setiap bertemu warga
Gaza, ucapan salam selalu terlontar disertai jabat tangan. Mereka terharu
karena mendapatkan bantuan dari Indonesia, merasa tak sendiri lagi dalam
menghadapi perang. Para dokter disambut dengan ramah di rumah-rumah, disuguhi
minuman teh khas Gaza dan beberapa potong roti, meski mereka sendiri sedang
kesulitan.
Furqon
menengadahkan kepalanya ke langit Gaza. Ya, di sinilah tanah jihad itu. Tanah
suci para nabi. Salah satu tempat persinggahan Rasulullah saat Isra Mikraj. Tempat
sejarah-sejarah besar terjadi. Tanah suci yang disebut-sebut di dalam Al Quran.
Betapa bahagianya dia telah menginjakkan kakinya di tanah ini. Wangi darah para
syuhada tercium di mana-mana. Angannya mengembara. Bila saja ia bisa menjadi
salah satu dari para syuhada itu…..
------------------------------------------ Bab 29 dari calon novelku yang masih menunggu acc penerbit: SURGA YANG TERLARANG
Wah, mantap nih. mb ela nulis dengan setting Palestina. selamat menunggu mbak :)
ReplyDeleteSemoga lancar proses terbitnya, mba...
ReplyDeletegood luck mbak Ela :)
ReplyDeletepenasaran sama novelnya keknya bakal menyentuh banget, moga cepet lahiran nih novelnya mba...
ReplyDeleteSemoga lancar prosesnya sampai terbit. Ikut menunggu :)
ReplyDeletesemoga novelnya cepat terbit mba'
ReplyDeletesalam kenal
semoga bisa segera terbit mbak, segala niat baik pasti akan dimudahkan mbak
ReplyDeleteKutipannya aja udh bgus gtu... Mg cpt trbiit,amiin
ReplyDeleteTadi sy bertanya2, siapa ya Furqon? Tokoh novel ya ternyata. Semoga cepat terbit ya mbak :)
ReplyDelete