M. Salim Luthfi saat berusia 2 minggu |
20 September 2012
Dua jam setelah proses
persalinan, aku sudah bisa membuka mata (setelah tertidur lelap karena kecapaian).
Kupandangi bayi mungil di sampingku, yang terbungkus kain bedong dengan rambut
lengket karena belum dimandikan. Suamiku memandangi kami bergantian, lalu
menanyakan satu hal:
“Namanya siapa, ya?”
Cleguk. Aku menahan tawa. Hanya
anak pertama kami saja yang sudah dipersiapkan namanya sejak dalam kandungan. Sedangkan
untuk anak kedua dan ketiga, suamiku tak punya ide hendak memberikan nama apa. Masih
kuingat usai melahirkan anak kedua, suamiku berkata, “Namanya, Sidiq.”
Aku terkejut dan agak keberatan.
Nama itu sudah banyak dipakai orang dan tidak terdengar “keren,” meskipun
artinya bagus. “Dari mana dapat nama Sidiq?” tanyaku. Suamiku cengengesan, lalu
menjawab, “Nama tukang pecel lele tempat aku makan tadi malam.”
Jiyaaaah… gubrak. Hahahaha…. Mau protes,
tapi suamiku bersikeras memberikan nama anak kedua kami, Ahmad Sidiq Aghniya.
Ahmad, berasal dari nama Nabi Muhammad
yang mulia, sekaligus nama belakang suamiku. Sidiq, berasal dari nama tukang
pecel lele. Aghniya, adalah nama sumbangan dariku, supaya mirip dengan namabelakang putra sulungku, Ahmad Ismail Haniya. Aghniya sendiri berarti,
dermawan.
Ayahku, alias kakek anakku, tak setuju
dengan nama Sidiq. Sempat diganti Shiddiqy, biar agak keren. Aku juga nekat
menuliskan nama itu di akte kelahirannya. Apa yang terjadi? Suamiku ngambek dan
minta diganti lagi dengan Sidiq.
Okelah. Jadi, daripada nanti
harus nambah ongkos buat bikin akte baru, kupasrahkan pemberian nama anak
ketiga kami kepada suamiku. Lagipula di dalam Islam, ayah si bayi-lah yang
berhak memberikan nama. Suamiku memang pernah meminta usul (meski aku tahu
usulku tak akan dikabulkan), lalu aku mengusulkan memberi nama Muhammad Mursi
Erdogan, gabungan dari nama pemimpin Mesir dan Turki. Suamiku menolak
mentah-mentah karena nama itu terdengar aneh di telinga rakyat Indonesia
(tsaaaah….).
Setelah berpikir lama (dari sejak
mengandung hingga melahirkan), suamiku mantap memilih nama “Salim” untuk putra
ketiga kami.
Muhammad Salim…..
Nah, titik-titik di atas masih
harus di atas, karena kami ingin tiga kata, seperti nama dua anak kami yang
lain. Untuk kali ini, kami menggunakan nama “Muhammad” di awalnya. Hanya untuk
memberi kesan berbeda, meski tetap saja maknanya sama, sama-sama nama Nabi
Muhammad SAW.
Seperti biasa, usulku dimentahkan
dengan alasan yang adaaaa saja. Untuk nama belakangnya, aku mengusulkan nama “Mumtaza,”
artinya sempurna. Biar terdengar mirip juga dengan nama kakak-kakaknya. Ahmad
Ismail Haniya, Ahmad Sidiq Aghniya, Muhammad Salim Mumtaza. Suamiku keberatan
karena nama Mumtaza terdengar seperti nama anak perempuan. Ya sudahlah… aku tak
mau mengusulkan nama lagi.
M. Salim Luthfi bersama kado-kado dari sahabat mamanya |
Sebenarnya, aku juga keberatan
dengan nama “Salim.” Seperti biasa, nama-nama pilihan suamiku terdengar… gimana
yaa? “Gak keren”? Padahal, artinya bagus. Tapi, pengin juga nama anakku yang terdengar
keren seperti nama bayi-bayi sekarang, misalnya Reyhan, Farhan, Keysa, dan lain
sebagainya. Suamiku punya maksud sendiri saat memberikan nama bayi ketiga kami
dengan nama Salim.
Salim, artinya selamat. Meskipun
Shakespeare bilang, “apalah arti sebuah nama,” sebagai muslim, kami yakin bahwa
“nama adalah doa.” Untuk itulah, kami memberikan nama yang baik kepada
anak-anak kami, dengan harapan mereka bisa menjadi seperti namanya.
Salim, bayi ketiga kami, telah
melewati dua peristiwa yang membuat kami deg-degan. Saat kandunganku berusia
dua bulan, aku terkena penyakit semacam campak. Panas tinggi, demam, dan timbul
ruam-ruam merah di kulit. Kukira aku terkena rubella, yang bisa mengakibatkan
cacat pada bayi (naudzubillahimindzalik). Alhamdulillah, tes laboratoriumnya
negatif.
Lalu, di usia kandungan tujuh
bulan, aku mengeluarkan darah dari rahim yang mengindikasikan bayi akan lahir
prematur. Aku harus dirawat di rumah sakit untuk mempertahankan bayiku sampai
cukup umur. Alhamdulillah, bayiku lahir tepat waktu, hanya selisih beberapa jam
dari Hari Perkiraan Lahir. Bayiku juga lahir sehat dan sempurna, tidak kurang
satu apa pun.
Salim, telah melewati dua kali
percobaan menegangkan. Untuk itulah, suamiku
memberikan nama “Salim,” yang berarti “selamat.” Agar ia selalu selamat
di dunia dan akhirat. Aamiin….
Akhirnyaaa…. Suamiku membubuhkan
nama “Luthfi” di belakang nama Muhammad Salim. Nama itu adalah sumbangan dari
bapak suamiku, alias bapak mertuaku. Sebagai
bakti anak kepada orang tua, suamiku memenuhi permintaan bapaknya (meskipun
dulu permintaan ayahku tak dikabulkan). Luthfi berarti, lembut. Biarpun seorang
laki-laki, anakku diharapkan memiliki sifat lembut dan penyayang seperti Nabi
Muhammad. Aamiin….
Nama anak-anakku selalu menggunakan
Bahasa Arab. Sebenarnya, bukan tak ingin menggunakan Bahasa Indonesia atau
Bahasa Lain, tapi lebih terdengar enak menggunakan Bahasa Arab (bagi keluarga
kami). Kalau pakai Bahasa Indonesia, nama Salim jadi Selamat, mirip dengan nama tetanggaku, Pak Slamet, hehehe…..
Untuk Bunda Armita Fibriyantiyang saat ini sedang menunggu kelahiran bayinya (dan rupanya cowok juga!), aku
punya ide nama. Nama yang tak tersampaikan, karena suamiku tidak setuju, hiks!
Bagaimana kalau namanya, Muhammad Mursi Erdogan? Nama super top, gabungan dari
tiga pemimpin besar, Muhammad SAW, Mursi dari nama Presiden Mesir, dan Erdogan
dari nama PM Turki. Ketiganya salih dan punya jiwa kepemimpinan. Siapa tahu
nanti putra Bunda Armita juga menjadi pemimpin besar di zamannya. Aaamiin…. Soal
apa arti Mursi dan Erdogan, jangan tanya kepadaku karena aku tak tahu, hehe…..
Semoga kelahiran bayi Bunda
Armita diberikan kelancaran, keselamatan untuk bayi dan bundanya. Aamiin….
Tulisan ini disertakan dalam even
Give Away, “Beautifull Name for Smart Baby By Armita Fibriyanti.”
waah... terharu diikutin sama blogger senior *huks.. peluukkk...
ReplyDeletetulisannya bagus deh bund, runtut, urut, dan enakeun di bacanya juga. apalagi pas cerita bagian adek "sidiq" dan tukang pecel lele. hmm.. memang ide itu bisa muncul dari mana saja ya.
btw, bunda leyla paling cantik sendiri ya dirumah? asyik donk..
ohya, nama yang disarankan saya tampung dulu ya bund, nanti saya discuss lagi dengan suami :) semoga suamiku berkenan.
Terimakasih sudah berpartisipasi ya Bund dan Salam :)
nama yang indah :D
ReplyDeletesmoga kelak bisa tumbuh sesuai dg namanya.. :D
salam
hehe.. ngikik baca pas tukang pecel. gutlak ya mbak.. saya juga ikut nih :)
ReplyDeletetulisan yang keren mbak. Selamat atas kelahiran putranya ya. Semoga selalu diberikan yang terbaik oleh Yang Kuasa. Amin... :D
ReplyDeleteAlhamdulillah, selamat ya mbaa... Muhammad Salim Luthfi, nama yang keren kedengarannya di telinga, apalagi artinya. :)
ReplyDelete