Saturday, October 20, 2012

Geliat Sastra Romantis


Kisah cinta tak pernah usang untuk dituliskan. Siapa yang tak pernah jatuh cinta? Semua orang pasti pernah merasakan jatuh cinta. Dari masa ke masa, selalu ada sastrawan yang mengabadikan kisah cinta ke dalam tulisan. Bahkan, beberapa di antaranya melegenda. Sebut saja; Layla-Majnun, Romeo-Juliet, San Pek-Eng Tay, Taj Mahal, Sitti Nurbaya, dan lain-lain. Karya-karya itu berhasil membius pembacanya melalui jalan cerita yang mengharukan.


Novel Layla Majnun, Nizhami.
Gambar diambil dari sini
Layla-Majnun adalah kisah cinta dari Persia (Iran). Konon kabarnya, Layla-Majnun diangkat dari kisah nyata yang terjadi di negara asalnya. Berkisah tentang percintaan Layla dan Qays, yang tak disetujui oleh keluarga Layla. Layla kemudian dijodohkan dengan lelaki lain, meninggal dunia karena menderita, sehingga menyebabkan Qays menjadi gila. Istilah “gila” itu di dalam Bahasa Arab disebut juga “Majnun.” Itu yang kemudian membuat kisah ini populer disebut Layla-Majnun. Novel ini dituliskan oleh Syaikh Nizhami dan selalu laris manis sejak awal penerbitannya. Dramatisasi kisah cinta Layla dan Qays membuat para pembacanya terhanyut, bahkan sampai berurai air mata. Tak heran bila novel ini amat digemari dari masa ke masa. Selain telah dituliskan ke dalam novel, kisah Layla Majnun juga telah difilmkan.

Sedangkan kisah cinta San Pek-Eng Tay berasal dari tanah Tiongkok (Cina). Ceritanya hampir senada dengan Layla-Majnun. Berkisah tentang seorang gadis cerdas bernama Eng Tay, yang sangat ingin sekolah sebagaimana anak laki-laki di masa itu. Sayangnya, saat itu, anak perempuan dilarang sekolah. Eng Tay pun menyamar menjadi anak laki-laki dan pergi ke sekolah bersama anak laki-laki lainnya. Di sekolah itulah ia jatuh cinta kepada San Pek, yang juga sama mencintainya. Percintaan mereka tidak disetujui oleh keluarga masing-masing. Eng Tay dijodohkan dengan lelaki lain, meninggal karena sakit. San Pek yang depresi lalu bunuh diri untuk menyusul Eng Tay.
Novel San Pek-Eng Tay.
Gambar diambil dari sini

Romeo dan Juliet adalah kisah cinta yang dituliskan oleh William Shakespeare. Romeo dan Juliet berasal dari dua keluarga kaya di Verona, Italia, yang saling bermusuhan. Dalam sebuah pesta di keluarga Juliet, Romeo datang diam-diam, bertemu dengan Juliet, dan jatuh cinta. Namun, karena keluarga mereka saling bermusuhan, kisah cinta mereka tak dapat disatukan. Demi dapat menyatukan cinta, Juliet berpura-pura mati agar dapat menikah dengan Romeo. Tragisnya, Romeo mengira Juliet mati sungguhan, dan ia pun membunuh diri untuk menyusul Juliet. Novel ini juga telah difilmkan.

Di Indonesia, ada juga kisah cinta karangan Marah Rusli, yang kemudian melegenda, berjudul Sitti Nurbaya. Novel ini juga telah dibuat filmnya. Sitti Nurbaya mengisahkan tentang percintaan antara Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri. Kisah cinta mereka tak dapat bersatu karena Sitti Nurbaya harus menikah dengan Datuk Maringgih, lelaki tua, demi menebus hutang orang tuanya.

Sastra romantis, demikianlah kita sebut novel-novel yang mengusung  tema cinta mengharu biru, hingga memancing perasaan romantis para pembacanya. Tema cinta  adalah tema yang biasa, tetapi masih akan terus memikat pembaca. Tak heran bila kini tema cinta kembali meledak, ditandai dengan banyaknya novel-novel bertema cinta, atau disebut juga novel romantis, yang beredar di toko buku. Bahkan, beberapa penerbit berlomba-lomba mengadakan lomba menulis novel demi menjaring naskah-naskah bertemakan cinta yang mengharubiru.
Novel Romeo-Juliet.
Gambar diambil dari sini

Meskipun tema cinta adalah tema biasa yang kelihatannya mudah untuk dituliskan, tidak mudah untuk dapat membuat pembaca terpikat akan jalinan kisahnya bila kita tidak pandai menuliskannya. Terlebih dengan begitu banyaknya novel bertema serupa, seorang penulis novel romantis harus dapat mengolah tulisannya agar dapat memikat pembaca. Bahkan kalau perlu bisa melegenda sebagaimana novel-novel di atas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis novel romantis, sebagaimana yang dapat kita pelajari dari novel-novel di atas, adalah:

1.  Tokoh utama lelaki dan perempuan; selain tampan dan cantik, tokoh utamanya itu juga cerdas dan kaya. Atau, ada ketimpangan sosial, di mana yang satu kaya, yang satu miskin.
2.    Konflik yang tajam; perseteruan di antara tokoh-tokohnya, harus dibuat setajam mungkin hingga dapat memancing rasa gemas para pembaca.
3.     Latar tempat; menggunakan tempat-tempat yang eksotis, yang dapat mendukung terbangunnya suasana romantis di dalam cerita.
4.    Akhir kisah yang tragis; akhir kisah inilah yang diharapkan dapat membuat pembaca terbayang-bayang terus karena tidak puas. Justru perasaan “tidak puas” itulah yang membuat pembaca tidak dapat melupakan isi ceritanya. Sebagian besar pembaca menyukai akhir kisah yang dapat membuat airmata mereka berderai-derai, karena teramat tragis.
Novel Sitti Nurbaya.
Gambar diambil dari sini
5.   Kalimat-kalimat yang mengharubiru dan dapat diingat terus oleh pembaca, kalau perlu disisipkan dengan puisi yang romantis.

Sayangnya, begitu banyaknya novel romantis membuat banyak penulis tak dapat menghindari kesamaan cerita di dalam kisah mereka. Beberapa adegan yang sering sekali muncul di dalam novel romantis, misalnya:

1.  Tokoh utama terkena penyakit parah. Ini dimaksudkan untuk mendukung terbangunnya cerita yang tragis, tetapi sudah banyak sastrawan yang menuliskannya.  
2.  Tokoh utama mengalami kecelakaan parah dan hilang ingatan. Adegan seperti ini bukan hanya dapat ditemukan di dalam novel, tetapi juga di sinetron-sinetron Indonesia.
3.   Tokoh utama meninggal dunia. Baca saja kembali ringkasan novel-novel legenda di atas. Semuanya mengisahkan tokoh utama wanitanya meninggal dunia, yang disusul dengan tokoh utama prianya.
4.    Perbedaan kedudukan antara si lelaki dan wanita, di mana si  lelaki anak orang kaya, sedangkan si wanita anak orang miskin, atau sebaliknya.
5.    Perbedaan kecerdasan antara si lelaki dan wanita, di mana si lelaki itu cerdas, sedangkan si wanita itu bodoh, atau sebaliknya.
6.      Cinta tidak disetujui oleh orang tua.
7.      Adegan mengharubiru di bandara, ketika dua tokoh utama akan berpisah. Adegan ini ada di drama Korea “Boys 4 Flower,” “Ada Apa dengan Cinta,” dan mungkin beberapa film romantis lainnya.
8.      Adegan pertemuan dua tokoh utama dengan bertabrakan, misalnya saja di novel “Eiffel I’m in Love.”
9.      Adegan perploncoan saat penerimaan siswa baru, dan lain sebagainya.

Lalu, bagaimana untuk membuat novel romantis kita berbeda dengan yang lain? Bukankah kisah cinta memang selalu berulang demikian adanya? Ya, memang kisah cinta sering kali “mirip” satu sama lain. Beberapa hal yang bisa kita siasati untuk membuat novel romantis kita agar beda dengan yang lain:

1.     Pesan yang ingin disampaikan. Selipkan tema sosial, politik, atau tema-tema berbobot lainnya. Misalnya saja dalam novel San Pek-Eng Tay, yang menyelipkan tema emansipasi wanita, di  mana Eng Tay menyamar menjadi pria agar dapat bersekolah.
2.   Latar tempat yang memikat. Pilih tempat-tempat yang eksotis dan belum atau jarang digunakan oleh penulis lain. Meskipun kita belum pernah mendatanginya, kita dapat mengunjunginya melalui google.
3.    Buatlah tokoh-tokoh yang berbeda dengan yang lain; misalnya dalam hal pekerjaan yang mereka geluti, sifat, penampilan fisik, dan sebagainya. Utamanya, pekerjaan. Buatlah sang tokoh memiliki pekerjaan yang unik, yang jarang digeluti, sehingga memberikan informasi tambahan bagi pembaca.
4.    Hindari adegan-adegan klise seperti yang disebutkan di atas, dan cari adegan lain. Imajinasi penulis tak terbatas, maka gunakan imajinasi tersebut.

4 comments:

  1. aku udah punya 2 novel di atas :D

    ReplyDelete
  2. asiik dapat ilmu baru... makasih, mbak leyla :)

    ReplyDelete
  3. makasih tipsnya mbak....thinking out the box dlm membuat cerita itu perlu yak!

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....