Kisah cinta tak pernah usang
untuk dituliskan. Siapa yang tak pernah jatuh cinta? Semua orang pasti pernah
merasakan jatuh cinta. Dari masa ke masa, selalu ada sastrawan yang mengabadikan
kisah cinta ke dalam tulisan. Bahkan, beberapa di antaranya melegenda. Sebut
saja; Layla-Majnun, Romeo-Juliet, San Pek-Eng Tay, Taj Mahal, Sitti Nurbaya,
dan lain-lain. Karya-karya itu berhasil membius pembacanya melalui jalan cerita
yang mengharukan.
Novel Layla Majnun, Nizhami. Gambar diambil dari sini |
Layla-Majnun adalah kisah cinta
dari Persia (Iran). Konon kabarnya, Layla-Majnun diangkat dari kisah nyata yang
terjadi di negara asalnya. Berkisah tentang percintaan Layla dan Qays, yang tak
disetujui oleh keluarga Layla. Layla kemudian dijodohkan dengan lelaki lain, meninggal
dunia karena menderita, sehingga menyebabkan Qays menjadi gila. Istilah “gila”
itu di dalam Bahasa Arab disebut juga “Majnun.” Itu yang kemudian membuat kisah
ini populer disebut Layla-Majnun. Novel ini dituliskan oleh Syaikh Nizhami dan
selalu laris manis sejak awal penerbitannya. Dramatisasi kisah cinta Layla dan
Qays membuat para pembacanya terhanyut, bahkan sampai berurai air mata. Tak
heran bila novel ini amat digemari dari masa ke masa. Selain telah dituliskan
ke dalam novel, kisah Layla Majnun juga telah difilmkan.
Sedangkan kisah cinta San Pek-Eng
Tay berasal dari tanah Tiongkok (Cina). Ceritanya hampir senada dengan
Layla-Majnun. Berkisah tentang seorang gadis cerdas bernama Eng Tay, yang
sangat ingin sekolah sebagaimana anak laki-laki di masa itu. Sayangnya, saat
itu, anak perempuan dilarang sekolah. Eng Tay pun menyamar menjadi anak
laki-laki dan pergi ke sekolah bersama anak laki-laki lainnya. Di sekolah
itulah ia jatuh cinta kepada San Pek, yang juga sama mencintainya. Percintaan
mereka tidak disetujui oleh keluarga masing-masing. Eng Tay dijodohkan dengan
lelaki lain, meninggal karena sakit. San Pek yang depresi lalu bunuh diri untuk
menyusul Eng Tay.
Novel San Pek-Eng Tay. Gambar diambil dari sini |
Romeo dan Juliet adalah kisah
cinta yang dituliskan oleh William Shakespeare. Romeo dan Juliet berasal dari
dua keluarga kaya di Verona, Italia, yang saling bermusuhan. Dalam sebuah pesta
di keluarga Juliet, Romeo datang diam-diam, bertemu dengan Juliet, dan jatuh
cinta. Namun, karena keluarga mereka saling bermusuhan, kisah cinta mereka tak
dapat disatukan. Demi dapat menyatukan cinta, Juliet berpura-pura mati agar
dapat menikah dengan Romeo. Tragisnya, Romeo mengira Juliet mati sungguhan, dan
ia pun membunuh diri untuk menyusul Juliet. Novel ini juga telah difilmkan.
Di Indonesia, ada juga kisah
cinta karangan Marah Rusli, yang kemudian melegenda, berjudul Sitti Nurbaya.
Novel ini juga telah dibuat filmnya. Sitti Nurbaya mengisahkan tentang
percintaan antara Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri. Kisah cinta mereka tak dapat
bersatu karena Sitti Nurbaya harus menikah dengan Datuk Maringgih, lelaki tua,
demi menebus hutang orang tuanya.
Sastra romantis, demikianlah kita
sebut novel-novel yang mengusung tema
cinta mengharu biru, hingga memancing perasaan romantis para pembacanya. Tema
cinta adalah tema yang biasa, tetapi
masih akan terus memikat pembaca. Tak heran bila kini tema cinta kembali meledak,
ditandai dengan banyaknya novel-novel bertema cinta, atau disebut juga novel romantis,
yang beredar di toko buku. Bahkan, beberapa penerbit berlomba-lomba mengadakan
lomba menulis novel demi menjaring naskah-naskah bertemakan cinta yang
mengharubiru.
Novel Romeo-Juliet. Gambar diambil dari sini |
Meskipun tema cinta adalah tema biasa
yang kelihatannya mudah untuk dituliskan, tidak mudah untuk dapat membuat
pembaca terpikat akan jalinan kisahnya bila kita tidak pandai menuliskannya. Terlebih
dengan begitu banyaknya novel bertema serupa, seorang penulis novel romantis harus
dapat mengolah tulisannya agar dapat memikat pembaca. Bahkan kalau perlu bisa
melegenda sebagaimana novel-novel di atas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menulis novel romantis, sebagaimana yang dapat kita pelajari dari
novel-novel di atas, adalah:
1. Tokoh
utama lelaki dan perempuan; selain tampan dan cantik, tokoh utamanya itu juga
cerdas dan kaya. Atau, ada ketimpangan sosial, di mana yang satu kaya, yang
satu miskin.
2. Konflik
yang tajam; perseteruan di antara tokoh-tokohnya, harus dibuat setajam mungkin
hingga dapat memancing rasa gemas para pembaca.
3. Latar
tempat; menggunakan tempat-tempat yang eksotis, yang dapat mendukung
terbangunnya suasana romantis di dalam cerita.
4. Akhir
kisah yang tragis; akhir kisah inilah yang diharapkan dapat membuat pembaca
terbayang-bayang terus karena tidak puas. Justru perasaan “tidak puas” itulah
yang membuat pembaca tidak dapat melupakan isi ceritanya. Sebagian besar
pembaca menyukai akhir kisah yang dapat membuat airmata mereka berderai-derai,
karena teramat tragis.
Novel Sitti Nurbaya. Gambar diambil dari sini |
5. Kalimat-kalimat
yang mengharubiru dan dapat diingat terus oleh pembaca, kalau perlu disisipkan dengan
puisi yang romantis.
Sayangnya, begitu banyaknya novel
romantis membuat banyak penulis tak dapat menghindari kesamaan cerita di dalam
kisah mereka. Beberapa adegan yang sering sekali muncul di dalam novel romantis,
misalnya:
1. Tokoh
utama terkena penyakit parah. Ini dimaksudkan untuk mendukung terbangunnya
cerita yang tragis, tetapi sudah banyak sastrawan yang menuliskannya.
2. Tokoh
utama mengalami kecelakaan parah dan hilang ingatan. Adegan seperti ini bukan
hanya dapat ditemukan di dalam novel, tetapi juga di sinetron-sinetron
Indonesia.
3. Tokoh
utama meninggal dunia. Baca saja kembali ringkasan novel-novel legenda di atas.
Semuanya mengisahkan tokoh utama wanitanya meninggal dunia, yang disusul dengan
tokoh utama prianya.
4. Perbedaan
kedudukan antara si lelaki dan wanita, di mana si lelaki anak orang kaya, sedangkan si wanita
anak orang miskin, atau sebaliknya.
5. Perbedaan
kecerdasan antara si lelaki dan wanita, di mana si lelaki itu cerdas, sedangkan
si wanita itu bodoh, atau sebaliknya.
6. Cinta
tidak disetujui oleh orang tua.
7. Adegan
mengharubiru di bandara, ketika dua tokoh utama akan berpisah. Adegan ini ada
di drama Korea “Boys 4 Flower,” “Ada Apa dengan Cinta,” dan mungkin beberapa
film romantis lainnya.
8. Adegan
pertemuan dua tokoh utama dengan bertabrakan, misalnya saja di novel “Eiffel I’m
in Love.”
9. Adegan
perploncoan saat penerimaan siswa baru, dan lain sebagainya.
Lalu, bagaimana untuk membuat
novel romantis kita berbeda dengan yang lain? Bukankah kisah cinta memang
selalu berulang demikian adanya? Ya, memang kisah cinta sering kali “mirip”
satu sama lain. Beberapa hal yang bisa kita siasati untuk membuat novel romantis
kita agar beda dengan yang lain:
1. Pesan
yang ingin disampaikan. Selipkan tema sosial, politik, atau tema-tema berbobot
lainnya. Misalnya saja dalam novel San Pek-Eng Tay, yang menyelipkan tema
emansipasi wanita, di mana Eng Tay
menyamar menjadi pria agar dapat bersekolah.
2. Latar
tempat yang memikat. Pilih tempat-tempat yang eksotis dan belum atau jarang
digunakan oleh penulis lain. Meskipun kita belum pernah mendatanginya, kita
dapat mengunjunginya melalui google.
3. Buatlah
tokoh-tokoh yang berbeda dengan yang lain; misalnya dalam hal pekerjaan yang
mereka geluti, sifat, penampilan fisik, dan sebagainya. Utamanya, pekerjaan.
Buatlah sang tokoh memiliki pekerjaan yang unik, yang jarang digeluti, sehingga
memberikan informasi tambahan bagi pembaca.
4. Hindari
adegan-adegan klise seperti yang disebutkan di atas, dan cari adegan lain.
Imajinasi penulis tak terbatas, maka gunakan imajinasi tersebut.
aku udah punya 2 novel di atas :D
ReplyDeletepinjem mbk,,, :D
Deleteasiik dapat ilmu baru... makasih, mbak leyla :)
ReplyDeletemakasih tipsnya mbak....thinking out the box dlm membuat cerita itu perlu yak!
ReplyDelete