Membaca sebuah berita di salah
satu situs berita online, membuat saya mengurut dada. Seorang ibu hamil,
meninggal karena pendarahan di emperan sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Rumah
sakit tak mau segera menanganinya, karena tidak ada penjamin. Pria tak dikenal
yang mengantarnya—sebelum melarikan diri—bercerita bahwa ia sudah mengantar ibu
itu ke dukun beranak dan bidan, tetapi semua menolak membantu persalinannya
karena terjadi pendarahan hebat.
Entah bagaimana cerita selanjutnya,
mengenai siapa wanita itu dan mengapa ia pergi ke tempat bersalin sendirian,
hanya diantar pria tak dikenal yang mungkin seorang tukang ojek. Namun,
ketidakpedulian rumah sakit membuat saya prihatin. Tentunya, rumah sakit
menginginkan adanya jaminan administrasi terlebih dahulu sebelum menangani ibu
hamil itu, karena biaya operasi yang besar.
Begitu banyak berita keprihatinan
di negara kita ini. Bukan hanya sekali dua kali, rakyat miskin harus menyerah
pada nasib, karena keterbatasan dana. Masih teringat kisah seorang bapak yang
menggendong mayat anaknya menaiki kereta api, karena tak sanggup membawa si
anak yang kritis untuk berobat ke rumah sakit. Pernah pula saya baca berita
tentang sebuah rumah sakit daerah yang menolak ratusan pasien dengan jaminan
surat miskin, karena pemerintah belum membayar hutang kepada rumah sakit.
Meskipun pemerintah sudah
menjanjikan untuk memberikan biaya berobat gratis dengan kartu Jamkeskin, tidak
semua orang dapat menggunakannya dengan mudah. Ini jadi mengingatkan saya lagi
pada kasus almarhumah ibu saya, enam tahun lalu. Ibu saya terkena penyakit
kanker lidah dan membutuhkan biaya pengobatan yang sangat besar. Saking besarnya,
Ibu tak ingin dirawat di rumah sakit karena tidak ingin merepotkan keluarga. Jika
melihat keadaan ekonomi keluarga kami, kami memang bukan termasuk rakyat miskin.
Kedua orang tua bekerja sebagai PNS. Namun, bila dihadapkan pada biaya
perawatan penyakit kanker yang bisa mencapai ratusan juta, kami tetap tidak
sanggup. Bahkan, rumah simpanan, tanah warisan, dan motor pun telah terjual
demi biaya pengobatan.
Ibu memilih untuk menjalani
pengobatan alternatif, hingga menyerah pada maut, dua tahun setelah penyakit
itu menggerogoti tubuhnya. Dahulu, saya banyak menerima sumbangan dari
teman-teman organisasi penulis, semuanya habis untuk biaya pengobatan alternatif.
Jika melihat jumlahnya yang hanya sekitar 10 juta, memang tidak akan cukup
untuk membawa Ibu ke rumah sakit. Sebagai PNS, Ibu punya kartu Askes, tapi
tidak mudah juga untuk menggunakannya, terkait dengan birokrasi yang
berbelit-belit. Entahlah, saat itu terasa susah untuk mendapatkan biaya
pengobatan yang mencukupi agar Ibu dapat dirawat di rumah sakit. Dari instansi
tempat Ibu bekerja pun, hanya memberikan perhatian sekadarnya.
Memang tidak boleh berandai-andai,
tetapi ketika menemukan situs Marimembantu.org, saya langsung terpikirkan
kejadian enam tahun silam. Seandainya saya sudah mengenal situs itu dulu,
mungkin saya bisa mengusahakan biaya lebih banyak lagi untuk pengobatan ibu
saya. Sebuah terobosan baru dari Lembaga Zakat Dompet Dhuafa, mengenai cara
menghimpun dana secara online.
Situs Marimembantu.org berguna
untuk kedua belah pihak; pihak yang ingin membantu dan pihak yang membutuhkan
bantuan. Cara kerjanya amat mudah, karena kita bisa login melalui twitter dan
facebook. Bagi yang ingin meminta bantuan, dapat mengklik tombol “permohonan
bantuan,” mengisi formulir dan data-data yang telah ditentukan, menunggu proses
konfirmasi oleh Dompet Dhuafa, lalu jika telah disetujui maka akan ditampilkan
di situs Marimembantu.org.
Sedangkan bagi yang ingin
membantu, tinggal mengklik tombol “donasi sekarang,” pada kasus yang ingin kita
bantu, lalu memilih voucher bantuan yang telah ditentukan. Setelah mengisi
identitas diri, kita dapat membayar voucher sumbangan melalui sistem Ipaymu. Bantuan
akan disalurkan oleh Dompet Dhuafa dengan sebaik-baiknya.
Di dunia digital seperti sekarang
ini, terobosan Dompet Dhuafa ini sangat bermanfaat. Lembaga Zakat Dompet Dhuafa insya Allah amanah dalam menyalurkan bantuan, karena sudah diakui secara
nasional. Kita dapat memohon bantuan, apabila benar-benar memerlukannya, dan mudahsedekah secara online dengan Marimembantu.org. Sebab, tak bisa disangkal, ada
oknum-oknum di luar sana yang sering memanfaatkan kemurahan hati rakyat
Indonesia dalam memberikan sumbangan. Ada yang memanfaatkan kemalangan orang
lain untuk keuntungan dirinya sendiri. Sementara, gairah bersedekah rakyat
Indonesia, terutama muslim, sedang meningkat.
Sedekah, tidak hanya sebagai
wujud kasih sayang sesama manusia, melainkan juga dapat membuka pintu rejeki
bagi orang yang suka bersedekah. Meski tetap, niatkan sedekah sebagai ibadah
kepada Allah SWT. Jadi, mari berbagi dengan Marimembantu.org.
turut berduka untuk ibunda tercinta, mba ley.
ReplyDeletebtw, kanker lidah itu gimana?
lidahnya banyak sariawan, mba icha... tp gak sembuh-sembuh dan akhirnya gak bisa makan minum.
Deletesemoga organisasi ini memberikan banyak sekali manfaat utk menolong org2 yg tdk mampu sehingga makin byk yg bs selamat ya mbak..
ReplyDeleteAamiin..
Deleteiya, mba Myra... semoga saja