Monday, September 10, 2012

Ketika Cinta Itu Datang, The Reviving Moment


Seorang gadis pemimpi yang mendambakan cinta….
Ya, itulah aku, sejak memasuki masa pubertas.
Berkali-kali jatuh cinta pada “cowok” dan  berkali-kali pula gigit bibir. Kisah gagalku itu telah berkali-kali kutuliskan di dalam novel, untung tidak semuanya diterbitkan. Kalau iya, terbaca deh tipe cewek macam apa aku ini. Demen naksir, sering ditolak :D


Dibilang jelek, gak juga sih. Hehehehe…. Wajahku lumayanlah. Tubuh juga proporsional. Tapi, entah. Setiap kali naksir cowok, setiap kali itu pula kecewa. Mungkin memang sudah takdirnya, siapa yang naksir, harus siap ditolak. Aku rasa, tak ada yang salah juga dengan perasaan naksirku itu, karena level cowok yang kutaksir gak jauh-jauh amat dari levelku.  Misalnya, waktu SMP, aku naksir cowok yang jadi pemegang rangking dua di kelas, sedangkan aku pemegang rangking tiga. Lalu, waktu SMA, aku naksir cowok kakak kelas yang secara fisik gak berselisih jauh denganku. Bahkan, teman-temanku bilang, cowok itu biasa saja dan gak perlu terlalu diobsesikan.  

Pas kuliah, aku udah paham konsep pacaran dalam Islam. Jadi, mauku naksir itu untuk jadi calon suami. Ada beberapa “calon suami” yang kuincar, tapi gak ada yang sukses satu pun. Padahal, aku sudah ngasih sinyal-sinyal kepada mereka, yang intinya: pilihlah aku jadi istrimu. Halaaaah….. norak banget, yak. Entah cowok-cowok itu yang kurang peka, atau nasibku yang tidak beruntung.

Yah, itulah yang membuatku berpikir, “apakah aku tidak layak untuk dicintai?”

Dulu aku punya teman yang sering dikejar-kejar cowok. Memang dia cantik, sehingga punya banyak penggemar. Otomatis, dia bisa memilih “pangeran” mana yang bisa mendampinginya. Aku bukan termasuk gadis yang seberuntung itu, punya banyak penggemar. Padahal, aku gak jelek lho. Tapi, memang sudah nasibku kali yah, hanya jadi gadis pemimpi.

Sampai usiaku menginjak 24 tahun dan berencana untuk menikah. Tapi, nikah dengan siapaaa? Tidak ada bayangan calon suami satu pun di benakku. Pacar? Aku sudah berprinsip untuk tidak pacaran. Mauku, kenalan dan langsung nikah. Aku juga kapok ngasih sinyal-sinyal ke cowok sasaran, karena gak pernah berhasil. Biar sajalah jodohku ditentukan Allah. Untuk itulah, kuterima tawaran untuk “taaruf” dengan seorang “calon suami” yang direkomendasikan oleh seorang teman.

Bak tertimpa bulan….

Tahukah kamu? Calon suami yang direkomendasikan temanku itu, telah membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku tak perlu mendeskripsikannya, karena nanti ada yang “merasa” dan ge-er gak habis-habis.  

Intinya, kami sepakat untuk taaruf dengan niat menikah. Aku tak lagi menjadi gadis pemimpi, karena “merasa” mendapatkan sinyal positif darinya. Rayuan-rayuan maut yang kuanggap berlebihan. Janji menikah dalam bingkai syariah. Tidak ada pacaran, pokoknya langsung dilamar.

Kapankah?

Ketika benang harapan itu telah kurajut….
Ketika aku merasa jalan yang kutempuh itu telah benar….
Ketika aku merasa telah dicintai…..

Aku yakin, Allah berada di belakangku, karena toh aku gak pacaran, meski telah jatuh cinta kepada lelaki itu. Aku telah menjalani hubungan sesuai bingkai syariah yang kupahami. Dan tanpa kusadari, aku merasa sangat yakin bahwa dia adalah jodohku. Aku tidak mau jodoh yang lain. Aku hanya mau DIA. Tanpa sadar, mungkin aku telah menduakan Allah.

Hingga, ombak besar menggulungku dalam pusaran dan mengempaskanku di landasan pasir dengan keras sekerasnya.

Ketika… dia bilang mau datang ke rumahku untuk melamar, ternyata dia datang untuk memberi kabar rencana pernikahannya dengan gadis lain… satu bulan ke depan.

Aku hanya bisa bengong. Lalu menangis. Lalu memaki-maki. Dan terpuruk hingga berbulan lamanya. Mataku bengkak. Aku patah hati. Aku kembali pada anggapanku semula, tentang rasa percaya diriku yang rendah, bahwa aku bukan gadis yang pantas untuk dicintai.

Enam bulan lamanya aku terpuruk, hingga seseorang menyadarkanku. Bangkitlah. Move on. Dia telah menikah, aku??? Apa aku mau menyerah kalah dan terus dihantam oleh derai tawanya? Dia mungkin senang melihatku patah hati. Tapi, tidak. Aku tidak boleh begitu terus.

Ide gila! Aku mengisi formulir kontak jodoh dari sebuah biro jodoh sakinah. Ah, sebodo amat. Namanya juga ikhtiar. Aku akan cari suami yang benar-benar kuniatkan karena Allah. Aku tak peduli dia bagaimana, yang penting SOLEH. Itu saja.

Tak disangka, sebulan kemudian, aku mendapatkan panggilan. Lelaki soleh yang ternyata nama belakangnya memang SALEH. Untuk bertemu dengannya dalam rangka taaruf, aku harus menempuh perjalanan Depok-Bandung, dengan modal hanya 100 ribu. Itu pun belum tentu “jadi” yah. Aku niatkan lillahi ta’ala saja. Tak ada gambaran apa pun tentang dirinya. Bahkan, namanya pun salah. Saat diberitahu bahwa namanya adalah Zaky, kubawa nama itu dalam istikharahku. Ternyata namanya…
..
Masih ada dalam benakku, pertanyaan standar, “bagaimana fisiknya? Apakah dia normal? Apakah dia ganteng? Kalau gak ganteng, gimana?” tapi semua kutepis karena murni kuniatkan untuk Allah.

Alhamdulillah, pertemuan itu berlangsung damai, dengan didahului oleh robeknya bagian bawah  gamisku yang tersangkut motor ojek dan keterlambatanku hingga sejam. Kalau saja DIA gak sabar, mungkln sia-sia kedatanganku ke Bandung demi bertemu lelaki Garut itu. Dia hampir saja mengurungkan niatnya untuk bertemu denganku, kalau gak ingat bahwa dia juga sudah tiga kali gagal taaruf, jadi terpaksa deh nunggu “gadis Jakarta” yang ngaret itu.

Kesan pertama saat berjumpa dengannya, “kok gendut, ya?” belakangan kutahu, beratnya 80 kg. tapi, sekali lagi, karena mau menikah karena Allah, lanjuuuut…. Lagipula, senyumnya manis kok.

Eh, bener… senyumnya membuatku terbang ke dunia lain. Hingga sepulang dari pertemuan, meski belum diputuskan jadi atau gak, aku sudah menjawab, “kalau dia jadi, aku juga jadi.” :D :D

DIKKI NUR AHMAD SALEH, melamarku dua minggu kemudian. Menikahiku beberapa bulan kemudian. Dan memberiku putra pertama setahun kemudian, putra kedua di tahun berikutnya, dan putra ketiga insya Allah sebentar lagi. (rencananya 10 anak, tapi kayaknya stop dulu deh :D)

Ketika menikah dengannya dan bebas memandangi wajahnya pertama kali, kucubit tanganku untuk memastikan benarkah ini nyata? Dari dekat, dia lebih tampan lagi dan beratnya sudah menyusut 20 kg gara-gara stress mempersiapkan pernikahan. Meskipun sekarang beratnya sudah 80 kg lagi, tapi sepadanlah denganku yang sekarang ini 75 kg, sama-sama gendut ^_^

Alhamdulillah, aku bahagia dengan jodoh dari Allah ini, yang menurutku amat tampan, amat cerdas, amat mapan, amat bertanggungjawab, dan tentu saja soleh.

Jodoh memang rahasia Allah. Terkadang kita menyelisihi takdir-Nya. Beranggapan bahwa lelaki yang kita pilih adalah jodoh kita, padahal belum tentu. Kita letakkan dia begitu dalam di dalam hati, hingga melupakan bahwa kita hanya bisa berencana, sedangkan Allah yang menentukan.  

Patah hati bukanlah akhir dari mimpi. Ia justru menjadi penyadar, bahwa ada yang lebih baik untuk kita. Sebab, hanya Allah yang tahu apa yang ada di depan kita. Yakinlah, bahwa apa yang ditentukan Allah, adalah terbaik untuk kita.

MOVE ON.




Foto nikahnya di bawah aja, deh

33 comments:

  1. masya Allaoh jodh rahasia terindah, begitu nyata tapi setelah dicubit hehe.. jadi gemes ya mba turun 20 Kg. betapa indahnya sekarang ini. Dan jalannya bgtu dimudahkan olehNya masya Allah.

    ReplyDelete
  2. Iya, mba, alhamdulillah
    Just believe in Allah...

    ReplyDelete
  3. Wawwwwww jadi lumayan move on ini hati bun, makasih ya buns, itu bunda dulu ya? hihih cantik ganteng, sepadan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi Nyii...ayo, move on... insya allah dapat yg lebih baik ;P
      alhamdulillah dah klo sepadan, wkwkwk....

      Delete
  4. Ternyata pak Dikky memang tampan ya :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, mba... *jangan sampe dia baca komennya :D

      Delete
  5. ceritanya mba, ngena bgt...

    semoga saya punya kisah yg sama indah dgn mbak ya *masi menunggu tabir jodoh tersingkap *eh hehehe

    Salam kenal ya mba, makasih banyak udah ikut GA ini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih dah baca, Mba Monik.
      Aamiin.. didoakan semoga segera ketemu pangerannya :)

      Delete
  6. Suit... suit... pengantin pink ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe... sekarang baru keliatan culunnya pake baju pink.

      Delete
  7. Uhuuyyy mesranya... barakallahu lakum :))

    ReplyDelete
  8. Uhuuyyy mesranya... barakallahu lakum :))

    ReplyDelete
  9. wah, enggak nyangka pernah 80 Kg, tapi kini udah langsingkan? hehehhe

    ReplyDelete
  10. wah turunnya sp 20 kg? banyak juga ya... tp skrg udah naik lagi ya bera badannya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mbak...
      katanya karena stres mau nikah, hehe

      Delete
  11. sedang mengamati, sisi mana yang tampak seperti Lee Min HO? haha #salahfokus :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. semua cowok ganteng di mataku itu mirip suamiku, Ai, hihihi

      Delete
  12. duuuh, manis banget......
    baru nyadar ternyata bener-bener cinta pink ya mba:)

    ReplyDelete
  13. Bunda Leyla pasti nyapunya bersih niy, dpt suami gantenk soale :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. berarti saya mau nyapu kotor aja, biar dapet yang bewokan... heheheh

      Delete
    2. hahaha.... sebaliknya, aku gak bisa nyapu ;p

      Delete
  14. keren mbak.... salut sama azzam dan kokomnya (Istoqomah) hehhe...

    ReplyDelete
  15. Mbak Ela memang sudah disiapkan oleh Allah untuk menjadi pendamping terbaik pak Saleh, hihihi. Makanya dibuat ruwet dulu dan gak dikasih jalan buat menduakan beliau sebelum nikah. Top markotop :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. setelah terjadi, memang mikirnya spt itu... tp waktu patah hati ya gak begitu mikirnya, hehehe...
      makasih dah mampir, mba amalia.

      Delete
  16. Bukan, saya mah orang betawi. Itu suami sayah yg orang sunda, hehe...
    salam kenal jg, makasih yah udah mampir.

    ReplyDelete
  17. Wah suaminya orang Garut ya mba?aku juga asgar mba asli Garut heehee ...
    Semua akan indah pada waktunya ya mba :)

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....