Seorang gadis pemimpi yang
mendambakan cinta….
Ya, itulah aku, sejak memasuki
masa pubertas.
Berkali-kali jatuh cinta pada “cowok”
dan berkali-kali pula gigit bibir. Kisah
gagalku itu telah berkali-kali kutuliskan di dalam novel, untung tidak semuanya
diterbitkan. Kalau iya, terbaca deh tipe cewek macam apa aku ini. Demen naksir,
sering ditolak :D
Dibilang jelek, gak juga sih.
Hehehehe…. Wajahku lumayanlah. Tubuh juga proporsional. Tapi, entah. Setiap kali
naksir cowok, setiap kali itu pula kecewa. Mungkin memang sudah takdirnya,
siapa yang naksir, harus siap ditolak. Aku rasa, tak ada yang salah juga dengan
perasaan naksirku itu, karena level cowok yang kutaksir gak jauh-jauh amat dari
levelku. Misalnya, waktu SMP, aku naksir
cowok yang jadi pemegang rangking dua di kelas, sedangkan aku pemegang rangking
tiga. Lalu, waktu SMA, aku naksir cowok kakak kelas yang secara fisik gak
berselisih jauh denganku. Bahkan, teman-temanku bilang, cowok itu biasa saja
dan gak perlu terlalu diobsesikan.
Pas kuliah, aku udah paham konsep
pacaran dalam Islam. Jadi, mauku naksir itu untuk jadi calon suami. Ada
beberapa “calon suami” yang kuincar, tapi gak ada yang sukses satu pun. Padahal,
aku sudah ngasih sinyal-sinyal kepada mereka, yang intinya: pilihlah aku jadi istrimu.
Halaaaah….. norak banget, yak. Entah cowok-cowok itu yang kurang peka, atau
nasibku yang tidak beruntung.
Yah, itulah yang membuatku
berpikir, “apakah aku tidak layak untuk dicintai?”
Dulu aku punya teman yang sering
dikejar-kejar cowok. Memang dia cantik, sehingga punya banyak penggemar. Otomatis,
dia bisa memilih “pangeran” mana yang bisa mendampinginya. Aku bukan termasuk
gadis yang seberuntung itu, punya banyak penggemar. Padahal, aku gak jelek lho.
Tapi, memang sudah nasibku kali yah, hanya jadi gadis pemimpi.
Sampai usiaku menginjak 24 tahun
dan berencana untuk menikah. Tapi, nikah dengan siapaaa? Tidak ada bayangan
calon suami satu pun di benakku. Pacar? Aku sudah berprinsip untuk tidak
pacaran. Mauku, kenalan dan langsung nikah. Aku juga kapok ngasih sinyal-sinyal
ke cowok sasaran, karena gak pernah berhasil. Biar sajalah jodohku ditentukan
Allah. Untuk itulah, kuterima tawaran untuk “taaruf” dengan seorang “calon
suami” yang direkomendasikan oleh seorang teman.
Bak tertimpa bulan….
Tahukah kamu? Calon suami yang
direkomendasikan temanku itu, telah membuatku jatuh cinta pada pandangan
pertama. Aku tak perlu mendeskripsikannya, karena nanti ada yang “merasa” dan
ge-er gak habis-habis.
Intinya, kami sepakat untuk
taaruf dengan niat menikah. Aku tak lagi menjadi gadis pemimpi, karena “merasa”
mendapatkan sinyal positif darinya. Rayuan-rayuan maut yang kuanggap
berlebihan. Janji menikah dalam bingkai syariah. Tidak ada pacaran, pokoknya
langsung dilamar.
Kapankah?
Ketika benang harapan itu telah
kurajut….
Ketika aku merasa jalan yang
kutempuh itu telah benar….
Ketika aku merasa telah dicintai…..
Aku yakin, Allah berada di
belakangku, karena toh aku gak pacaran, meski telah jatuh cinta kepada lelaki
itu. Aku telah menjalani hubungan sesuai bingkai syariah yang kupahami. Dan
tanpa kusadari, aku merasa sangat yakin bahwa dia adalah jodohku. Aku tidak mau
jodoh yang lain. Aku hanya mau DIA. Tanpa sadar, mungkin aku telah menduakan
Allah.
Hingga, ombak besar menggulungku
dalam pusaran dan mengempaskanku di landasan pasir dengan keras sekerasnya.
Ketika… dia bilang mau datang ke
rumahku untuk melamar, ternyata dia datang untuk memberi kabar rencana
pernikahannya dengan gadis lain… satu bulan ke depan.
Aku hanya bisa bengong. Lalu menangis.
Lalu memaki-maki. Dan terpuruk hingga berbulan lamanya. Mataku bengkak. Aku patah
hati. Aku kembali pada anggapanku semula, tentang rasa percaya diriku yang
rendah, bahwa aku bukan gadis yang pantas untuk dicintai.
Enam bulan lamanya aku terpuruk,
hingga seseorang menyadarkanku. Bangkitlah. Move on. Dia telah menikah, aku???
Apa aku mau menyerah kalah dan terus dihantam oleh derai tawanya? Dia mungkin
senang melihatku patah hati. Tapi, tidak. Aku tidak boleh begitu terus.
Ide gila! Aku mengisi formulir
kontak jodoh dari sebuah biro jodoh sakinah. Ah, sebodo amat. Namanya juga
ikhtiar. Aku akan cari suami yang benar-benar kuniatkan karena Allah. Aku tak
peduli dia bagaimana, yang penting SOLEH. Itu saja.
Tak disangka, sebulan kemudian,
aku mendapatkan panggilan. Lelaki soleh yang ternyata nama belakangnya memang SALEH.
Untuk bertemu dengannya dalam rangka taaruf, aku harus menempuh perjalanan
Depok-Bandung, dengan modal hanya 100 ribu. Itu pun belum tentu “jadi” yah. Aku
niatkan lillahi ta’ala saja. Tak ada gambaran apa pun tentang dirinya. Bahkan,
namanya pun salah. Saat diberitahu bahwa namanya adalah Zaky, kubawa nama itu
dalam istikharahku. Ternyata namanya…
..
Masih ada dalam benakku,
pertanyaan standar, “bagaimana fisiknya? Apakah dia normal? Apakah dia ganteng?
Kalau gak ganteng, gimana?” tapi semua kutepis karena murni kuniatkan untuk
Allah.
Alhamdulillah, pertemuan itu
berlangsung damai, dengan didahului oleh robeknya bagian bawah gamisku yang tersangkut motor ojek dan
keterlambatanku hingga sejam. Kalau saja DIA gak sabar, mungkln sia-sia
kedatanganku ke Bandung demi bertemu lelaki Garut itu. Dia hampir saja
mengurungkan niatnya untuk bertemu denganku, kalau gak ingat bahwa dia juga
sudah tiga kali gagal taaruf, jadi terpaksa deh nunggu “gadis Jakarta” yang
ngaret itu.
Kesan pertama saat berjumpa
dengannya, “kok gendut, ya?” belakangan kutahu, beratnya 80 kg. tapi, sekali
lagi, karena mau menikah karena Allah, lanjuuuut…. Lagipula, senyumnya manis
kok.
Eh, bener… senyumnya membuatku
terbang ke dunia lain. Hingga sepulang dari pertemuan, meski belum diputuskan
jadi atau gak, aku sudah menjawab, “kalau dia jadi, aku juga jadi.” :D :D
DIKKI NUR AHMAD SALEH, melamarku
dua minggu kemudian. Menikahiku beberapa bulan kemudian. Dan memberiku putra
pertama setahun kemudian, putra kedua di tahun berikutnya, dan putra ketiga
insya Allah sebentar lagi. (rencananya 10 anak, tapi kayaknya stop dulu deh :D)
Ketika menikah dengannya dan
bebas memandangi wajahnya pertama kali, kucubit tanganku untuk memastikan
benarkah ini nyata? Dari dekat, dia lebih tampan lagi dan beratnya sudah menyusut
20 kg gara-gara stress mempersiapkan pernikahan. Meskipun sekarang beratnya
sudah 80 kg lagi, tapi sepadanlah denganku yang sekarang ini 75 kg, sama-sama
gendut ^_^
Alhamdulillah, aku bahagia dengan
jodoh dari Allah ini, yang menurutku amat tampan, amat cerdas, amat mapan, amat
bertanggungjawab, dan tentu saja soleh.
Jodoh memang rahasia Allah. Terkadang
kita menyelisihi takdir-Nya. Beranggapan bahwa lelaki yang kita pilih adalah
jodoh kita, padahal belum tentu. Kita letakkan dia begitu dalam di dalam hati,
hingga melupakan bahwa kita hanya bisa berencana, sedangkan Allah yang
menentukan.
Patah hati bukanlah akhir dari
mimpi. Ia justru menjadi penyadar, bahwa ada yang lebih baik untuk kita. Sebab,
hanya Allah yang tahu apa yang ada di depan kita. Yakinlah, bahwa apa yang
ditentukan Allah, adalah terbaik untuk kita.
MOVE ON.
masya Allaoh jodh rahasia terindah, begitu nyata tapi setelah dicubit hehe.. jadi gemes ya mba turun 20 Kg. betapa indahnya sekarang ini. Dan jalannya bgtu dimudahkan olehNya masya Allah.
ReplyDeleteIya, mba, alhamdulillah
ReplyDeleteJust believe in Allah...
Wawwwwww jadi lumayan move on ini hati bun, makasih ya buns, itu bunda dulu ya? hihih cantik ganteng, sepadan
ReplyDeleteYoi Nyii...ayo, move on... insya allah dapat yg lebih baik ;P
Deletealhamdulillah dah klo sepadan, wkwkwk....
Ternyata pak Dikky memang tampan ya :p
ReplyDeleteAlhamdulillah, mba... *jangan sampe dia baca komennya :D
Deleteceritanya mba, ngena bgt...
ReplyDeletesemoga saya punya kisah yg sama indah dgn mbak ya *masi menunggu tabir jodoh tersingkap *eh hehehe
Salam kenal ya mba, makasih banyak udah ikut GA ini :)
Makasih dah baca, Mba Monik.
DeleteAamiin.. didoakan semoga segera ketemu pangerannya :)
Suit... suit... pengantin pink ^_^
ReplyDeleteHehehe... sekarang baru keliatan culunnya pake baju pink.
DeleteUhuuyyy mesranya... barakallahu lakum :))
ReplyDelete^_^ namanya juga foto pengantin, mba icha ;P
DeleteUhuuyyy mesranya... barakallahu lakum :))
ReplyDeletewah, enggak nyangka pernah 80 Kg, tapi kini udah langsingkan? hehehhe
ReplyDeletesekarang 80 kg lagi, mba naqi... :D
Deletewah turunnya sp 20 kg? banyak juga ya... tp skrg udah naik lagi ya bera badannya :)
ReplyDeleteIya, mbak...
Deletekatanya karena stres mau nikah, hehe
sedang mengamati, sisi mana yang tampak seperti Lee Min HO? haha #salahfokus :P
ReplyDeletesemua cowok ganteng di mataku itu mirip suamiku, Ai, hihihi
Deleteduuuh, manis banget......
ReplyDeletebaru nyadar ternyata bener-bener cinta pink ya mba:)
Yang manis siapa, mba Sara? :D
DeleteBunda Leyla pasti nyapunya bersih niy, dpt suami gantenk soale :D
ReplyDeleteberarti saya mau nyapu kotor aja, biar dapet yang bewokan... heheheh
Deletehahaha.... sebaliknya, aku gak bisa nyapu ;p
Deletekeren mbak.... salut sama azzam dan kokomnya (Istoqomah) hehhe...
ReplyDeletealhamdulillah....
Deletenggak gendut tuuh....
ReplyDeleteiya, ntuh udah turun bb-nya
DeleteMbak Ela memang sudah disiapkan oleh Allah untuk menjadi pendamping terbaik pak Saleh, hihihi. Makanya dibuat ruwet dulu dan gak dikasih jalan buat menduakan beliau sebelum nikah. Top markotop :D
ReplyDeletesetelah terjadi, memang mikirnya spt itu... tp waktu patah hati ya gak begitu mikirnya, hehehe...
Deletemakasih dah mampir, mba amalia.
Bukan, saya mah orang betawi. Itu suami sayah yg orang sunda, hehe...
ReplyDeletesalam kenal jg, makasih yah udah mampir.
Wah suaminya orang Garut ya mba?aku juga asgar mba asli Garut heehee ...
ReplyDeleteSemua akan indah pada waktunya ya mba :)
Cantik dan ganteeeeeeeng :D
ReplyDelete