Kalau saja tidak ada even
giveaway dari Bunda Sumiyati, mungkin aku akan melewatkan begitu saja momen
spesial lebaran kemarin. Bukan semata karena hadiahnya, meskipun tentu aku
senang bila dapat hadiahnya. Melainkan karena tema giveawaynya yang luput dari
pikiranku, padahal cukup berkesan untuk dituliskan; kenangan saat lebaran
(2012) kemarin. Menuliskan kenangan ini, selain untuk mengisi waktu menjelang
detik-detik melahirkan, juga agar blogku tetap terisi tulisan, mengingat
sebentar lagi melahirkan. Minggu-minggu pertama usai melahirkan, kemungkinan
blogku sepi tulisan :D
Dua belas hari sebelum lebaran,
aku terpaksa membatalkan puasa karena mengalami pendarahan. Aku yang sedang
hamil 31 minggu, harus dirawat di rumah sakit untuk menjaga bayiku tidak lahir
prematur. Alhasil, aku hanya mendapatkan puasa 17 hari. Tapi, masih boleh ikut
lebaran, dooong…. Kan batalnya juga diperbolehkan, hehehe…..
Terbaring di rumah sakit, dua minggu sebelum lebaran |
Sisa puasa kuhabiskan di rumah
orang tuaku, sepulang dari rumah sakit. Supaya ada yang membantu menjaga dua
balitaku, sementara aku masih harus bedrest.
Kubayangkan lebaran nanti tidak ada mudik ke Garut, kampung suamiku, dan
jalan-jalan jauh. Dokter sudah mewanti-wanti supaya aku jangan kecapaian dulu
sampai usia kandunganku cukup bulan. Kasihan bayiku kalau sampai lahir
prematur.
Selama bedrest, memang
membosankan. Lebih banyak berbaring di tempat tidur, terasa membuang-buang
waktu. Tapi itu demi kelangsungan hidup bayiku. Kalau sampai lahir prematur,
kasihan juga dia. Meskipun tidak bisa mudik ke Garut, aku tetap menikmati
lebaran di Ciputat, bersama ketiga orang adik perempuanku. Tidak setiap lebaran
kami bisa berkumpul lengkap. Aku pun hanya dua tahun sekali lebaran di Ciputat,
selang-seling antara lebaran di Ciputat dan Garut. Jadi, untuk bisa menikmati
opor ayam, semur daging, sayur pepaya, dan sambal pete khas keluargaku, aku
harus menunggu dua tahun ke depan.
Biasanya, aku juga tidak bisa
berlama-lama di Ciputat karena sudah harus mudik ke Garut. Kadang tidak bertemu
dengan keluarga besar lainnya. Nah, lebaran kemarin, aku bisa bertemu dengan
keluarga besarku, meski memang tidak bisa bertemu dengan keluarga besar
suamiku. Anak-anakku otomatis mendapatkan angpau yang banyaaak… karena ada
kebiasaan di keluargaku besarku untuk memberikan angpau kepada anak-anak. Lain dengan
keluarga besar suamiku. Tidak ada tradisi memberi angpau, jadi kantongku, eh,
kantong anak-anakku kosong kalau lebaran di Garut, hehehe….. Biasanya angpau
itu kubelikan untuk keperluan anak-anakku, tapi ternyata habis juga buat
belanja kebutuhan dapur. *Emak ngutang dulu ye, Naakk…..
Anak-anakku dapat angpau banyaaaak |
Yang paling senang tentu saja
ayahku. Sepeninggal almarhumah Mama, Ayah sering merasa kesepian. Apalagi dua
anak gadisnya telah menikah. Tinggal dua yang belum. Tahun kemarin, Ayah
berlebaran hanya dengan dua adikku yang belum menikah. Aku lebaran di Garut dan
adikku yang nomor dua berlebaran di Yogya, kampung suaminya. Kami baru datang
ke Ciputat, seminggu kemudian. Terbayangkan betapa sepinya Ayah, apalagi tanpa
kehadiran cucu-cucu.
Berbeda dengan keluarga suamiku
di Garut. Semua anak mantunya berkumpul. Lalu ada tradisi silaturahim keluarga
besar dari kedua pihak ibu dan bapak. Suasananya sangat semarak. Tadinya,
anak-anakku sempat mau dibawa suamiku berlebaran di Garut, tapi ayahku “marah.”
Beliau tidak rela lebaran tanpa cucu-cucu. Suamiku pun mengalah. Yah, lagipula
di Garut sudah banyak cucu yang lain, sedangkan cucu ayahku baru dua anakku
itu.
Hari pertama lebaran, salat ied
di lapangan dekat rumah. Lapangan yang sudah mendarahdaging, saking sejak kecil
hampir selalu salat ied di lapangan itu. Di sebelah lapangan terdapat
pemakaman, dan di sanalah almarhum Mama dimakamkan. Jadi, kami hanya tinggal
menyeberang dari lapangan ke pemakaman. Berdoa bersama untuk Mama. Istilahnya,
nyekar atau ziarah.
Pulang ke rumah, ketupat dan lauk
pauk sudah menunggu, tapi masih harus halal bihalal di mushala dekat rumah. Halal
bihalal komplek. Sejak menikah, sudah jarang aku mengikuti halal bihalal itu. Bertemu
dengan teman-teman masa kecilku yang sama-sama sudah menikah dan punya anak. Usai
halal bihalal, nafsu makan pun terpuaskan dengan menyantap masakan khas
keluargaku. Rasanya tetap sama meskipun yang adikku yang memasak. Aku sendiri
malah tidak bisa memasaknya, hehehe…..
Silaturahim berlanjut ke rumah
adik mamahku. Dua lembar ratusan ribu masuk ke kantong anakku, yang kupegang
dulu untuk sementara, tapi entah kapan mengembalikannya, karena sudah terpakai,
hehehe…. Esok hari dilanjutkan bersilaturahim ke keluarga lainnya; keluarga
dari ayahku dan suami adikku. Tidak banyak keluargaku dari orang tuaku.
Keluarga dari Mama lebih banyak berada di Karanganyar, Solo. Sudah lama kami
tidak ke sana, karena terkendala biaya dan jarak.
Alhamdulillah, meskipun
sederhana, lebaran kemarin begitu berkesan. Mungkin agak sedikit
memprihatinkan, dan sebenarnya aku kasihan juga dengan suamiku. Akibat
kondisiku yang tidak memungkinkan, suamiku baru bisa bertemu dengan keluarganya
seminggu kemudian. Ia juga tidak mengikuti acara-acara halal bihalal di
keluarga besarnya. Padahal, ada acara jalan-jalan yang belum tentu diadakan
lagi tahun depannya.
Jarang-jarang bisa kumpul dengan semua adikku di hari lebaran |
Paling tidak, lebaran tetap
berkesan sebagai hari kemenangan bagi semua yang telah berhasil melewati bulan
Ramadan dengan baik. Bukan semata halal bihalal, angpau, dan makan besar. Lebih
kepada penyucian diri setelah ditempa dengan ibadah Ramadan sebulan penuh.
ih mba mirip deh sama adik-adiknya:)
ReplyDeleteHehehe... iya mirip semua, mba Sara
DeleteTerima kasih mbak Leyla Hana sudah tercatat sebagai Kontes Kenangan di Blog Sumiyati-Raditcelluler matur nuhun sanget :), jangan lupa mbak tgl 20 Oktober 2012 datang ya ... ke kantin Keluarga Bunda Lahfi :)
ReplyDeleteMungkin gak bisa datang, Bunda... bayiku baru umur sebulan :)
Deleteoh sudah melahirkan toh?
DeleteWah, pasti menyenangkan merasakan masakan khas keluarga. Apalagi kalau cuma setahun sekali. Angpaw-nya jangan2 diutang tuh ama Mama hehe...Lebaran bersama keluarga besar selalu asyik dan menarik; bukan hanya makan2, tapi juga bertukar cerita dan pengalaman. Semoga ayah Anda diberi kesehatan dan persalinan Mbak dilancarkan--sehat-selamat anak dan ibunya...
ReplyDeleteSalam kenal:)
Iyah, dua tahun sekali malah...
DeleteInsya Allah dibayar utangnya, hehee
makasih dah mampir ya. Aamiin..
Mbak Leyla Hana, ngomong-ngomong ya kalo lagi di Ciputat. Rumah bunda juga kan di wilayah itu. Kalo Leyla di Ciputat pasti bunda "satronin". Betul sekali memang setiap keluarga mempunyai kebiasaan yang berlainan. Mbak kabarin ya kalo udah lahiran? Semoga kandungan kesehatan selalu dalam kondisi prima kedepannya. Aamiin.
ReplyDeleteAnak-anak kalau lebaran duitnya jadi lebih banyak dari emaknya.... hehehe...
ReplyDeleteSelamat ya mbak buat kelahiran putrinya. Perjuangan seorang ibu dari mulai kehamilan dan melahirkan betul2 menjadi wanita merasa sempurna.
Semoga sukses dengan kontesnya...