Di dalam kereta bisnis jurusan
Semarang, sekitar sepuluh tahun lalu, saya dan teman saya merasa tidak nyaman
bercakap-cakap akibat asap rokok yang terus mengepul dari tempat duduk di
belakang kami. Kami saling melirik, di dalam hati ingin menegur si perokok
aktif yang sepertinya tidak juga berhenti merokok. Habis sebatang, lanjut lagi
dengan batang yang lain. Kami tahu, si perokok itu hanya duduk sendiri. Mungkin
jika dia punya teman duduk, teman duduknya pun pasti keberatan dengan
tindakannya yang merokok tanpa henti. Eh, dipikirnya hanya teman duduknya yang
terganggu? Kami yang duduk di depannya, jauh lebih terganggu, karena angin dari
luar membawa asap rokok itu ke arah kami.
Akhirnya, dengan memberanikan
diri, saya menoleh ke belakang lewat celah bangku dan menegur si perokok. “Mas,
maaf, rokoknya….” Begitu saja. Itupun sudah membuat saya takut-takut. Untung
saja, si masnya mau mengerti dan buru-buru mematikan rokoknya. Perjalanan kami
aman dan nyaman sampai ke Semarang. Itu contoh perokok yang mau ditegur untuk
mematikan rokoknya. Kenyataannya, para perokok aktif itu, meskipun sudah tahu
ada larangan merokok di angkutan umum, ruangan ber-AC, dan tempat-tempat
publik, tetap saja tak dapat menahan diri dari kebiasaan merokok, kecuali ada petugas
keamanan yang menertibkan.
Ironisnya, mereka asyik saja
merokok sekalipun di depannya duduk ibu hamil, anak kecil, bahkan bayi dalam
gendongan. Pernah saya lihat seorang perokok aktif yang agaknya tidak mau
mengganggu bayi di depannya dengan asap rokoknya, sehingga dia merokok sambil
menyamping. Tapi tetap saja angin yang berembus dari jendela menerbangkan asap
rokok itu ke arah si bayi. Dia baru berhenti setelah ditegur. Aduhai… kenapa
harus menunggu ditegur dulu, ya? Apa memang para perokok itu tidak bisa menahan
diri dari merokok sebentar saja sampai mereka sampai di tujuan?
Hingga tibalah saya membaca
curahan hati seorang teman yang mantan perokok aktif, di blognya. Intinya, dia
menulis, bahwa SEBENARNYA dia ingin tidak merokok sembarangan dan mengganggu kenyamanan
orang lain. Tapi, kalau sudah datang keinginan untuk merokok, sulit sekali
mengendalikannya. Rasanya saat itu juga dia harus merokok. KECANDUAN. Ya, rokok
telah membuatnya kecanduan. Sama seperti orang yang kecanduan narkoba. Kalau
sedang sakaw, detik itu juga harus menghisap narkoba. Meskipun efek sakaw rokok
tidak sedahsyat narkoba, tetap saja rokok menyebabkan kecanduan.
Para antirokok dengan lantang
menyerukan para perokok untuk menahan diri dari merokok kalau sedang berada di
tempat-tempat umum. “Merokok di tempat tertutup saja. Jangan racuni orang lain
dengan rokokmu,” begitu kata mereka. Padahal, si perokok itu, salah satunya
adalah temanku, mungkin saja sudah bersusah payah menahan diri untuk tidak
merokok, tapi tidak juga mendapatkan tempat yang kondusif untuk merokok,
sehingga terpaksalah merokok di tempat umum. Misalnya saja di kendaraan. Waktu
tempuh perjalanan masih cukup lama, dan efek candu rokok telah mendesak-desak
dirinya untuk segera dipenuhi, maka terpaksalah dia merokok.
Saya manggut-manggut membaca
curahan hati teman saya itu. Yaa… yaaa… kita—yang tidak merokok—kan tidak tahu
bagaimana penderitaan si perokok dalam menahan diri. Banyak para perokok yang
baru menyadari bahwa kebiasaannya itu buruk, setelah menjadi perokok aktif
selama bertahun-tahun. Sulit sekali untuk melepaskan diri dari jeratan rokok,
karena efek rokok memang seperti narkoba. Saya rasa, sudah banyak yang membahas bahaya
merokok disebabkan kandungan zat-zat kimia yang ada di dalam sebatang rokok.
Itulah mengapa di setiap bungkus rokok selalu disertakan peringatan bahaya
merokok, yang di antaranya dapat menyebabkan cacat pada janin dan impotensi
pada pria. Tapi, mengapa para perokok seakan tidak terpengaruh dengan
peringatan bahaya merokok itu? Bahkan, kini pemerintah harus semakin gencar
lagi untuk mengekang kebebasan merokok, di antaranya dengan melarang merokok di
tempat-tempat umum dan ruang ber-AC, juga mulai disediakannya tempat-tempat
khusus merokok. Iklan rokok pun dilarang ditayangkan secara vulgar, sehingga
banyak iklan rokok yang bentuknya tersirat.
Tidak lain dan tidak bukan,
penyebabnya adalah efek kecanduan yang disebabkan oleh rokok. Jika sudah terbiasa
merokok, sulit untuk berhenti. Zat kimia dalam rokok yang menyebabkan kecanduan
adalah NIKOTIN. Nikotin memiliki efek seperti heroin dan kokain, yaitu adiktif
dan proaktif. Setelah nikotin masuk ke dalam aliran darah, para perokok
merasakan kenikmatan, ketenangan, hilang dari rasa cemas, dan ketertarikan
untuk terus merokok. Tak heran bila ada perokok yang bisa menghabiskan puluhan
batang rokok dalam sehari, terlebih bila mereka sedang merasa tidak tenang. Saya
jadi teringat kejadian di kereta menuju Semarang, sepuluh tahun lalu.
Jangan-jangan memang mas-mas yang duduk di belakang saya itu sedang merasa
gelisah, sehingga dia merokok tidak berhenti-berhenti. Sebab, selain merokok, kakinya
juga bergoyang-goyang terus seperti orang yang sedang cemas.
RACUN DALAM ROKOK: Nikotin (memacu jantung dan tekanan darah, berpotensi menimbulkan hipertensi), Carbon Monoksida (mengurangi oksigen dalam tubuh dan menyempitkan pembuluh darah), Tar (menimbulkan kanker paru-paru dan pernapasan), Cadmium (meracuni jaringan tubuh, terutama ginjal), Hydrogen Cyanide (menyebabkan kematian), Formaldhyde (pengawet dan pembasmi hama), dll. Sumber dan foto diambil dari sini |
Meskipun saya bukan perokok, kini
saya menyadari bahwa berhenti merokok memang tidak mudah. Terutama bagi mereka
yang telah biasa merokok bertahun-tahun. Sama dengan pecandu narkoba yang harus
direhabilitasi hingga sembuh total. Agaknya harus ada solusi baru untuk para
perokok, agar mereka bisa berhenti dari kecanduan merokok dengan mudah. Seperti
teman saya yang mantan perokok, perlu proses yang tidak mudah dan lama untuk
bisa meninggalkan kebiasaan merokoknya.
Jika memang rokok mempunyai efek
kecanduan, lalu mengapa para perokok itu coba-coba merokok? Seharusnya dari awal
mereka sudah mengatakan, “say NO to ROKOK….” Ehmmm… kalau berdasarkan
pengalaman teman saya yang mantan perokok berat itu, dia merokok karena
ikut-ikutan, sejak masih duduk di bangku SMP. Saat itu, dia belum mendapatkan
pemahaman tentang bahaya merokok bagi dirinya sendiri dan orang lain. Ironisnya,
alasan ikut-ikutan itulah yang banyak mendasari para perokok. Akibat pergaulan
dengan teman yang juga merokok, mereka jadi ikut merokok. Ada semacam pemahaman
di antara anak-anak sekolah menengah bahwa kalau mereka—khususnya yang
laki-laki—tidak merokok, maka mereka “tidak laki” atau “tidak macho.” Lihat
saja iklan-iklan rokok, selalu menyimbolkan bahwa rokok dapat membuat seorang
laki-laki itu lebih macho, gagah, bahkan jenius. Hadeeeuuuh… padahal yang
terjadi adalah sebaliknya. Dari luar terlihat macho, eh di dalam tubuhnya sudah
rusak semua organ-organ vitalnya karena rokok.
Beberapa perokok yang telah
menyadari bahaya rokok bagi dirinya dan orang lain, berusaha sekuat mungkin
untuk berhenti merokok. Namun, sebagian besar lainnya pasrah dengan kondisinya,
karena sulitnya menghentikan keinginan untuk merokok. Hanya maut yang bisa
menghentikannya. Lalu, bagaimana cara mengatasi kecanduan merokok yang sudah
menyerang para perokok berat itu?
Kita harus berterimakasih kepada
para dokter dan ilmuwan yang terus melakukan
penelitian-penelitian guna menemukan solusi bagi permasalahan kesehatan. Salah
satunya adalah penelitian tentang vaksin untuk melawan ketagihan nikotin, yang
beritanya saya baca di website VOA Indonesia, tanggal 2 Juli 2012, berjudul “Vaksin Baru Lawan Ketagihan Nikotin.” Dikabarkan bahwa saat ini para peneliti sedang
mengembangkan vaksin yang memproduksi antibodi dan membantu menghilangkan
ketagihan pada nikotin. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa nikotin
adalah zat kimia dalam rokok yang paling berperan dalam menyebabkan kecanduan,
hingga para perokok kesulitan menghentikan kebiasaan merokoknya.
Ronald Crystal, Kepala Departemen
Pengobatan Genetik di Weill Cornell Medical College, New York, mengatakan bahwa
para peneliti sedang mengembangkan vaksin nikotin, berdasarkan ide untuk
merangsang sistem imunitas dalam memproduksi antibodi yang dapat menghancurkan molekul
nikotin sebelum mencapai otak. Namun, antibodi nikotin itu terlalu kecil,
sehingga tidak dapat tinggal terlalu lama di dalam aliran darah. Kemudian, para
ilmuwan mengambil DNA dari antibodi nikotin dan memakainya untuk memodifikasi
hati secara genetik agar dapat terus memproduksi antibodi nikotin. Alhasil, antibodi nikotin dapat terus mengalir
ke dalam darah si perokok dan menghancurkan molekul nikotin yang masuk.
Penelitian ini telah diujicobakan
pada tikus percobaan dan berhasil. Tidak disebutkan di dalam berita itu apakah
penelitian itu telah diujicobakan kepada manusia. Jika sudah dan berhasil
menekan kecanduan nikotin, tentu ini berita bagus untuk para perokok berat yang
berniat berhenti merokok, tetapi sulit. Semoga saja ada kelanjutan dari kabar
baik ini, sebab, meskipun keluarga saya tidak merokok, akan lebih baik rasanya
hidup ini tanpa ada yang merokok, hehehe…..
Subhanallah..kemarin barusan aja diskusi teman soal ini, mbak..
ReplyDeletemakasii atas sharingnya, ya..
sangat bermanfaat sekalii :)
gileeee... sempet aje nulis mulu mbak,. wkwkwk
ReplyDeleteAku juga suka kesel sama orang yang kalau merokok dalam angkot atau di tempat yang banyak anak-anaknya. Pernah sewaktu dalam angkot, ada seorang laki-laki merokok dengan nyemburin tuh asap seenak udelnya. Dia duduk di depanku pula. Angkot di Banda duduknya hadap-hadapan mbak. Aku udah tutup idung sebagai isyarat bahwa aku gak suka. Eh, gak ngerti juga. langsung deh kutegur dengan sopan. Tapi gak peduli. Dia gak ngomong apa-apa, tapi tak menggubris apa permintaan. Laki-laki kayak gini maunya dikutuk jadi laki-laki soleh aja deh
ReplyDeletesaya juga lebih suka jika tak ada perokok di dunia ini :)
ReplyDeleteSebelnya kalo yang ditegur malah balik mendelik ya mbak.
Eh, saya pernah menulis tentang rokok terus dimasukkan ke Vivanews, ada yang komentar sinis begitu ... sepertinya saya menghalangi pendapatan negara dari sktor rokok, ck ck ck
para pecandu rokok sebenarnya sadar bahwa merokok sangat merugikan, tapi entah mengapa mereka tetap tak mau berhenti
ReplyDelete