Erika, 30 tahun, seorang manajer penjualan
di sebuah perusahaan obat herbal terkemuka, Easy Health, tidak pernah terpikir
untuk menikah sama sekali. Pengalaman orang-orang dekatnya membuktikan bahwa
pernikahan tidak membawa kebahagiaan. Ibunya yang ditinggal menikah lagi oleh
bapaknya, menjadi frustasi dan setengah gila. Teman-teman dekatnya; mempunyai
suami temperamental, tidak bisa berdamai dengan mertua, dan selalu berselisih
dengan ipar-ipar. Menurut Erika, kehidupan pernikahan sangatlah sulit dan ia
ingin terus bebas seumur hidupnya.
Violet, 25 tahun, seorang penulis “miskin”
yang tidak mandiri. Ke mana-mana harus diantar seseorang, agar tidak salah
jalan. Ia juga tidak berbakat menjadi ibu rumah tangga. Sekalipun Mama seorang
ibu rumah tangga tulen, Violet merasa menjadi ibu rumah tangga bukanlah
dunianya. Ia benar-benar tidak berbakat melakukan pekerjaan seorang istri dan
ibu rumah tangga. Ia masih suka tidur lagi setelah salat Subuh, tidak bisa
merawat diri, tidak telaten membersihkan rumah, dan tentunya tidak bisa masak.
Pikirannya hanyalah menulis, menulis, menulis. Jadi, kalau Mama menyuruhnya
menikah, apakah bisa?
Annisa, 28 tahun, seorang guru TK dengan penghasilan hanya
dua ratus ribu per bulan. Ia selalu memimpikan menikah dengan lelaki mapan,
yang bisa mengeluarkannya dari situasi paling tidak menyenangkan dalam
hidupnya. Menjadi guru TK bukanlah cita-citanya. Setiap hari ia harus memijit
kepalanya yang pusing, demi mendengarkan murid-muridnya yang berantem, ibu-ibu
dan pengasuh anak yang tidak mau kalah, serta cerocosan ibunya yang terus
mendesaknya untuk menikah. Ia mau menikah, tapi dengan siapa?
Lalu, bagaimana ketika Erika yang menolak
lembaga pernikahan, tiba-tiba merasa bahwa menikah adalah jalan keluar yang
terbaik bagi permasalahannya?
Haruskah Violet memilih untuk menikah
hanya karena ingin memiliki pengawal pribadi?
Berhasilkah Annisa menjadi istri dari
Zulfikar Firdaus, duda satu anak yang belakangan membuatnya terbang ke alam
mimpi?
Semua tidak seindah dongeng Cinderella….
SEGERA BEREDAR DI TOKO BUKU KESAYANGAN ANDA: NOVEL CINDERELLA SYNDROME.....
Testimoni dari tiga orang pembaca pertama:
Dilema penemuan jodoh bagi lajang kota, memang menjadi bahan
obrolan yang nggak ada habisnya. Temukan salah satu penuturan apiknya di novel
ini. Lincah, lugas mengalir, namun tetap sarat pencerahan. (Riawani Elyta,
Penulis Novel Hati Memilih)
Novel Syndrome
Cinderella dengan 3 tokoh yang memiliki karakter dan aktivitas yang
berbeda, tapi memiliki satu benang merah yang sama. Dilema terhadap Pernikahan.
Penulis meramu kisah dengan sangat apik, sehingga, saya sebagai pembaca tak
sabar untuk melihat ending dari akhir cerita ke 3 tokoh
tersebut. Haha, sempat merasa bahwa Violet-salah satu tokoh di novel
ini adalah cerminan dari diri saya sendiri. Dan bisa jadi tokoh yang lainnya adalah
cerminan dari kisah hidup seorang wanita termasuk Anda. Chiklit yang
sangat menarik, karena menyadarkan pembaca, untuk tak terjebak dalam syndrome
cinderella. Karena kita memang bukan Cinderella. (Tri Lego Indah
F N-Mahasiswi penyuka novel chicklit)
Banyak faktor memang yang harus dipersiapkan menuju
sebuah pernikahan. Bukan karena usia, omongan orang lain, atau alasan apa pun,
tapi karena memang kita sudah siap bertanggung jawab dan berkomitmen pada
sebuah keputusan untuk seumur hidup. Yang paling Irni suka dari novel ini adalah quotes Latifa: “Aku harus tetap bersama dengan suamiku, sesusah apa
pun, karena itu sudah menjadi pilihanku.” InsyaAllah banyak hikmah yang bisa
Irni ambil dari kisah ini. Meskipun fiksi, pada kenyataannya banyak perempuan
yang mengalami hal ini. (Irni Fatma Satyawati, Penulis Buku Motivasi Ayo, Kamu Pasti Bisa!)
Wah, udah ada buku barunya lagi ya mbak? Klo liat di Gramedia, pasti gak mau aku lewatkan ^_^
ReplyDelete