Awal ngeblog sebenarnya sudah
lama, sejak masih kerja di sebuah penerbitan buku. Teman-teman sesama penulis
yang ngomporin untuk ngeblog di Multiply. Saat itu, MP sedang berjaya. Semua
orang di sekitarku ngomongin MP. Pulang kerja, aku dan teman-teman pergi ke
warnet dan aku minta diajarin bikin MP. Maklum, gaptek, hehehe….. Isi blognya
pun ngikutin teman-temanku. Mereka isi sesukanya saja, kadang curhat, kadang
promo, dan sebagainya. Isi MP-ku dulu juga banyak curhat gak jelas, saking polosnya.
Aku gak berpikir bahwa curhatanku itu bisa dibaca orang sedunia, wkwkwkwk….
Tapi, positifnya, laki-laki yang kelak menjadi suamiku, semakin mantap
memilihku sebagai istri setelah membaca postingan-postingan di blogku. Hah?
Ya, aku kan menikah via biro
jodoh taaruf. Aku dan calon suami hanya bertukar biodata dan foto ukuran 3x4.
Bukan foto narsis. Justru foto yang biasa kupakai untuk melamar pekerjaan dan
tercantum di ijazah sarjanaku, hehehe…. Suamiku juga begitu. Jadi, saking
pas-pasannya foto itu, gak bisa yakin juga kalau calon kita cantik atau
ganteng. Beda dengan foto-foto yang sekarang beredar di jejaring sosial. Mau
segala gaya juga ada. Jadi kalau taaruf gagal cuma karena foto, hadeeeeeuuuh….
.
Nah, pada pertemuan pertama itu,
aku dan lelaki itu sama-sama mantap untuk melanjutkan taaruf. Sebenarnya aku
bingung, apa ya yang bikin lelaki itu memilihku? Biodata dan foto seuprit, baru
ketemu sekali, jenjang pendidikan dan ekonomi pun jauh berbeda. Suamiku jauh di
atasku, bahkan aku ini “bodoh” banget dibandingkan dirinya. Setelah menikah,
baru deh terjawab, kalau dia mantap memilihku setelah mempelajariku dari
informasi tentangku yang ada di google. Kata dia, search nama Leyla Imtichanah
di google, langsung keluar semua info tentangku. Dari mana? Ya, dari MP…. Dia baca
semua curhatku di MP, dan itu udah cukup menggambarkan diri dan keseharianku.
Nah lho….
Merah padamlah mukaku. Kusearch
sendiri namaku di google, ternyata benar. O-ow… semua curhatanku yang memalukan
itu dibacanya…. Gara-gara itu pula, di awal menikah, suamiku MELARANG aku
menulis lagi soal pribadi di MP. Kalaupun mau curhat di MP, disetting privacy,
supaya gak ada yang bisa baca. Buatku, itu namanya pengekangan kebebasan
berekspresi, wkwkwk…. Maklum, beda dunia dan latar belakang. Larangan suami
membuatku sejenak melupakan MP. Gimana mau nulis kalau begitu diposting di MP,
suamiku langsung protes. Dia selalu memantau postinganku. Jangan sampe ada
curhat-curhat pribadi, apalagi kalau ngomongin dia. Nah, tulisan kayak gini nih
di awal menikah adalah terlarang, hehehe
Lama-lama, suamiku gak
mengontrolku lagi, karena istrinya jadi gak nulis-nulis. Aku pun diberi
kebebasan lagi tuk nulis, setelah tiga tahun tenggelam. Meski kadang-kadang ada
kritik juga, misalnya kalau aku nulis status yang “sesuatu” gitu di fb. Tapi,
dukungan suamiku makin terasa di dunia tulis menulis ini. Misalnya, beliin
modem dan pulsanya supaya istrinya tetap internetan, bantu perbaiki komputer
kalau rusak, antar naskah ke tukang pos, antar ambil hadiah nulis, dan
sebagainya. Sebab, suamiku menyadari istrinya jauh lebih baik dengan menulis.
Baik secara mental, maupun wawasan. Hehe… kalau gak nulis beberapa hari, aku
memang jadi seperti orang stress. Namanya juga udah nulis bertahun-tahun.
Daaan… setelah aktif menulis di
FB dan nerbitin buku lagi, tahun lalu aku iseng-iseng bikin blog di Blogspot. Jadi
malas nulis di MP, karena mesti ditulis di notepad. Gak bisa copypaste dari
word dokumen. Awalnya aku bikin blog untuk promosi buku-bukuku,
mendokumentasikan novel-novel dan cerpen yang sudah pernah diterbitkan, dan
nulis tips-tips menjadi penulis. Novel-novelku banyak yang sudah dikembalikan
hak terbitnya. Daripada naskahnya suatu ketika hangus karena flashdisc rusak
atau harddisc bermasalah, lebih baik kusimpan di blog. Kalau ada yang baca, gak
masalah. Agnes Davonar dan Miss Jinjing awalnya juga mempublikasikan naskah
mereka di blog, dilirik penerbit, dan best seller.
Hingga sebulan yang lalu, aku
mengetahui informasi lomba blog. Sebenarnya, dulu aku juga pernah ikut lomba
blog di Kompasiana. Aku juga pernah buka akun di Kompasiana, tapi gak bertahan
lama gara-gara tragedy tulisan poligami. Tapi, berhubung dulu belum paham benar
dengan lomba blog, jadi tulisan seadanya dan gak menang. Setelah itu, aku sibuk
dengan proyek buku pribadi dan antologi, gak pernah nyimak lagi dengan lomba
blog. Gak berminat juga ikut lomba, terbayang saingannya yang banyak.
Berkat Mba Dwi Aprilytanti, Mba
Mugniar, dan Windi Teguh, yang sering woro-woro tentang lomba blog, aku mulai
tertarik. Sebenarnya lebih karena aku sedang “hang” menulis buku pribadi. Nulis
novel, gak mood. Nulis buku nonfiksi, juga angot-angotan. Nulis di blog pun
mulai jarang, karena gak tau mau nulis apa. Tapi, aku tetap ingin menulis. Rasanya
“gak hidup” kalau gak nulis sehari aja. Awalnya, membaca tema lomba blog, aku
bingung juga. Nulis apa, ya? Tapi, pas diajak jalan-jalan sama suami, sementara
suamiku nyetir, aku melamun. Eh, tau-tau dapat ide mau nulis apa. Sayangnya,
pas aku lihat lagi info lombanya, udah deadline tho….
Merchandise dari lomba blog susu halal |
Sampai tiga orang di atas
woro-woro lagi soal lomba blog, aku pelajari tema-tema lombanya. Ada juga yang
infonya aku dapat di grup lain, seperti info lomba emak blogger itu yang
kerjasama dengan Indosat. Tadinya iseng aja nanya persyaratannya ke teman yang
menshare. Apalagi aku gaptek dengan blog, banyak gadget-gadget yang belum
kukuasai. Jadi aku tanya, gimana cara pasang bannernya, apa harus pake nomor
indosatnya, dan sebagainya. Positifnya
dengan ikut lomba blog itu, aku jadi nambah tahu cara pasang gadget di blog. Padahal
sebelumnya blogku cuma isi tulisan saja. Bahkan awalnya gak ada foto-foto,
karena gak tau cara masang foto, hehe…. Semua yang baru ngeblog, pasti bernasib
serupa denganku :D
Ngeblog untuk dapat hadiahnya?
Gak juga. Kalau temanya cocok denganku dan pas aku lagi dapat ide, aku pasti
ikut apa pun hadiahnya. Tujuan awalnya memang supaya tetap menulis dan blogku
pun hidup lagi. Lumayan kan blogku terisi lagi dengan tulisan-tulisan. Dengan
ikut lomba blog, rupanya aku juga mendapatkan teman-teman baru, yang tidak ada
di FB. Teman-teman blogger, gitu kali ya…. Salah besar jika kita merasa puas
telah menerbitkan buku, lalu berpikir bahwa semua orang sudah mengenal kita.
Buku dicetak hanya 2500 eksemplar. Belum tentu terjual habis. Jadi, berapa
orang yang sudah membaca buku kita? 500 orang, lumayanlah. Tapi, kalau lihat statistik
blogku yang sudah mencapai 30 ribu pembaca, aku bisa tersenyum lega. Setidaknya,
blog itu sudah dibaca 30 ribu kali. Lebih banyak daripada pembaca bukuku.
Lomba blog itu juga jadi ajang
promosi blog kita, dan bisa jadi buku-buku kita pun ikut laris. Saat mendaftar
lomba, ada saja peserta lain yang gak kita kenal, yang mampir ke blog kita. Percaya
gak percaya, justru tulisan untuk lomba itulah yang paling banyak dibaca. Pertama,
mereka ingin tahu informasi lombanya, yang bisa diklik di bannernya. Kedua,
mereka ingin tahu gimana isi tulisan kita, buat ancang-ancang mereka menulis
atas jadi bahan perbandingan tulisan mereka. Nah, soal hadiah lomba, itu semata
bonus. Kepuasan karena bisa terus nulis dan mendapat teman baru, itu yang tak
bisa dinilai dengan apa pun.
Selain itu, lomba blog juga
melatih kita untuk menulis lebih cerdas. Misalnya saja seperti lomba blog susu
halal. Aku harus googling banyak info untuk mendukung penulisan itu, seperti
nulis skripsi. Aku juga mempelajari tulisan para pemenang blog. Misalnya, di
lomba blog telkomsel di mana aku gak terpilih sebagai pemenangnya. Kulihat
tulisan si pemenang, oh, begitu toh… memang bagus, makanya menang.
Beberapa penulis ada yang
mengkhususkan dirinya untuk menulis apa. Misalnya, ada penulis cerpen yang
hanya mau nulis cerpen seumur hidupnya. Penulis sastra, yang merasa bahwa
tulisan sastra itu di atas segala tulisan, jadi kalau sekalinya nulis sastra,
gak mau deh nulis yang ngepop-ngepop. Bisa menjatuhkan image. Penulis nonfiksi,
terus berkutat di nonfiksi, karena merasa menulis fiksi itu berat dan hanya
pekerjaan mengkhayal. Penulis Koran, yang hanya mau karyanya dimuat di Koran dan
majalah. Penulis yang baru merasa bangga kalau tulisannya dibukukan. Lebih
parahnya lagi adalah penulis yang hanya gembar-gembor bahwa dirinya penulis,
tapi gak pernah nulis, hehehe…. Nah, kalau aku termasuk penulis yang senang
mencoba segala jenis tulisan. Bagiku yang penting ide-ide yang ada di kepalaku
tersampaikan, apa pun bentuknya. Sekalipun itu hanya di blog. Justru sekarang
aku merasa menulis di blog lebih bermanfaat daripada di buku, karena jumlah
pembacanya lebih banyak. Maklum,
gratisan. Bisa juga blognya jadi berbayar, kalau dipasangi iklan atau
gimana gitu, tapi sekarang aku belum tertarik.
Bonus dari lomba blog, Alhamdulillah,
sekeranjang susu cair buat anak-anakku dan satu paket HP Nokia, pulsa, dan
modem. Masih ngebet dengan IPAD atau Mac Book, sih, tapi yaaaa… tergantung
jurinya, hahaha… satu lagi, penilaian lomba blog itu murni karena isi
tulisannya, kalau menurutku, karena aku gak kenal jurinya. Kecuali kalau sistem
SEO di mana pemenang harus menduduki rangking satu di google.
Jadi, yang belum nge-blog dan
ikut lomba blog, cobain deh. Aku gak takut kok kalau jadi banyak saingan ;p
GA sebenarnya di WP, tp lbh mudahnya, sy komen pake akun sy yg di Blogspot sj ya, Mbak.
ReplyDeleteWah, lama di MP ya, Mbak, dan... ikut senang bukunya sudah banyak. Ohya, sy sdh membaca dg cermat artikel di atas dan langsung saya DAFTAR. Sungguh, makasih banyak ya, Mbak.
Sama-sama, makasih, Mas Akhmad.
ReplyDeleteWah, salah ya? Hehehe... maklum, masih baru di dunia blogger...