Baru kurang lebih 1,5 tahun yang lalu, saya aktif facebook-an. Kesibukan mengurus dua orang anak yang masih berusia di bawah tiga tahun, membuat saya tidak bisa membuka jejaring sosial ini. Padahal, akunnya sudah dibuatkan oleh suami saya sejak dua tahun sebelumnya, Maklum, saya belum punya ponsel pintar yang bisa langsung mengakses ke facebook. Modem pun tak ada. Ponsel saya hanya bisa untuk menelepon dan mengirim sms.
Ketika mulai aktif di facebook, jumlah teman hanya sekitar 500 orang. Itupun entah siapa dulu yang meng-add dan meng-konfirm. Mungkin suami saya yang meng-konfirm, karena dia yang sering membuka akun facebook saya. Mula-mula, saya hanya perhatikan aktivitas teman-teman facebook. Saya baca update status dari mereka. Membaca status-status yang beraneka ragam, membuat saya bingung tapi juga terhibur. Misalnya saja, teman yang sama-sama berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sering meng-update status mengenai masak apa dia hari itu, anaknya sudah bisa apa, acara televisi hari itu, bahkan sampai isi obrolannya dengan suaminya. Saya berpikir, apa itu gunanya update status?
Berhubung saya juga seorang ibu rumah tangga, akhirnya saya ikuti juga cara meng-update status sebagaimana yang dilakukan oleh teman sesama ibu rumah tangga itu. Sekarang, kalau dipikir-pikir, jadi ingin tertawa sendiri. Lucu saja rasanya sedikit-sedikit harus lapor ke facebook. Bahkan tak jarang cenderung memamerkan diri kita. Saya juga pernah berselisih paham dengan teman SMA, gara-gara menu makanan yang dimasak hari itu. Aneh bin ajaib, bukan?
Saya pun terobsesi ingin menambah daftar teman. Saya cari dimulai dari teman SD, SMP, SMA, sampai kuliah. Kini, jumlah teman saya sudah ribuan. Termasuk teman-teman penulis. Penulis? Ya, selain ibu rumah tangga, saya juga seorang penulis lepas. Sebelum menikah, tiga belas novel remaja yang saya tulis, telah diterbitkan oleh penerbit berbeda. Novel-novel itu kurang terdengar gaungnya, karena kurang promosi. Jejaring sosial yang ada kala itu hanya friendster dan multiply. Meskipun saya sudah berpromosi melalui kedua jejaring sosial itu, ternyata masih belum maksimal. Setelah menikah, saya sempat vakum menulis dan tidak ada buku saya yang diterbitkan selama tiga tahun pertama pernikahan.
Begitu aktif facebook-an, kesempatan saya untuk menyambung karier sebagai penulis, terbuka lebar. Di facebook, lambat-laun saya berteman dengan banyak penulis dan penerbit. Saya mendapatkan info-info mengenai lomba menulis dan kesempatan menerbitkan buku. Hingga tak sampai setahun, saya sudah berhasil menerbitkan buku lagi. Otomatis, saya kembali mendapatkan penghasilan tambahan sebagai penulis.
Oya, selain berteman dengan mantan teman sekolah dan penulis, saya juga banyak mendapatkan undangan pertemanan dari toko online, alias ol shop. Ada yang sejak awal sudah memakai identitas sebagai ol shop, ada yang tadinya tidak berjualan online, tiba-tiba jadi berjualan online. Beranda saya pun penuh dengan barang dagangan beraneka ragam, dari baju, sepatu, aksesoris, makanan, kosmetik, dan lain sebagainya. Seru juga melihat barang dagangan itu. Bahkan, para penulis pun ikut berjualan buku mereka di facebook. Ada juga toko buku online yang aktif menawarkan buku-buku dagangan mereka di beranda facebook. Bahkan, mereka juga memberikan tautan di wall saya, berisi barang dagangan mereka.
Lambat laun, saya tertarik juga dengan penawaran mereka. Hingga beberapa kali saya melakukan transaksi jual beli online. Alhamdulillah, sejauh ini belum pernah tertipu. Semakin lama, ol shop itu semakin banyak memenuhi beranda saya. Banyak teman yang semula tidak berjualan online, menjadi berjualan online. Agaknya berjualan via facebook itu sungguh menguntungkan. Saya perhatikan, banyak sekali toko online yang memanfaatkan jaringan facebook sebagai lini pemasaran. Bahkan banyak yang mulai membuat website gratis di facebook. Bagi penjual, mereka tak perlu mempunyai toko berupa bangunan tertentu, penjualan cukup dilakukan di rumah asalkan ada koneksi internet yang memadai. Mereka juga tidak perlu menyetok barang banyak-banyak. Sebagian penjual bahkan baru mengambil barang atau menjadi reseller, ketika sudah ada pesanan. Jadi, tidak perlu banyak menumpuk barang yang kemungkinan besar justru menjadi barang tak terjual.
Ibu rumah tangga yang seharian berada di rumah, bisa mengelola toko onlinenya sambil melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak. Membuka toko online adalah salah satu solusi mencari tambahan penghasilan bagi ibu rumah tangga, tanpa harus meninggalkan rumahnya, kecuali saat kulakan barang dan mengirim barang.
Sebagai penulis, saya pun pernah mencoba berjualan buku sendiri via facebook. Yaitu ketika pertama kali menerbitkan buku dengan sistem self publishing, alias buku dimodali dan dipromosikan sendiri. Buku tersebut tidak dicetak masal dan tidak diedarkan di toko-toko buku offline. Hanya dipasarkan melalui website penerbitnya. Oleh karena itu, saya harus rajin berpromosi, dan salah satu media promosi itu adalah facebook. Ternyata facebook cukup efektif sebagai media pemasaran. Banyak yang membeli buku saya dari hasil promosi via facebook.
Beberapa buku yang siap kirim |
Beberapa alasan mengapa banyak orang yang senang bertransaksi via facebook, antara lain:
1.Menjangkau seluruh Indonesia, bahkan ke pelosok-pelosok yang terjangkau internet. Banyak pembeli buku saya yang berasal dari kota-kota yang tidak terdapat toko buku atau sulit mendapatkan buku-buku terbaru.
2.Lebih hemat dan praktis belanja via online, daripada harus ke tokonya langsung. Ongkos transportasinya sering kali lebih besar daripada biaya kirim yang dibebankan oleh toko online. Pembeli juga tidak perlu repot-repot pergi ke toko, cukup duduk manis, barang akan datang sehari sampai seminggu kemudian, tergantung jenis ongkos kirimnya.
3.Banyak tawaran-tawaran menarik dari toko online, semacam diskon spesial atau hadiah langsung. Terutama untuk buku-buku, banyak buku yang didiskon besar-besaran. Bahkan kita bisa menemukan buku yang sudah jarang ada di toko buku.
4.Sebagai pembaca buku yang membeli langsung dari saya, mereka bisa mendapatkan tanda tangan penulisnya.
Sayangnya, sekarang saya sudah malas jualan buku di facebook lagi, karena ingin lebih berkonsentrasi menulis. Semoga kelak punya asisten yang bisa menangani urusan jualan ini ^^
sekarang memang rakyat indonesia semakin banyak yg membuka bisnis online. alasannya simple, karena meamng banyak juga para pembeli yang lebih suka belanja online ketimbang harus repot2 ke toko atau mall.
ReplyDeleteDulu pas masih di Jerman juga sering belanja di ebay. tp kalau di indo malah lebih meriah di facebook ya. udah ada jaringan pasarnya tersendiri soalnya.