Wednesday, June 6, 2012
Curahan Hati: Sulitnya Jadi Mak Comblang
“Assalamu’alaikum, Mba Ela. Jazakillah Khairan Katsira ya telah menulis buku tentang taaruf. Sangat membantu. Besok minggu aku akan mempertemukan dua akhwat dan ikhwan yang akan taaruf. Doakan penuh kebaikan ya, Mbak.” Hastuti Utami, Depok.
Itu sms dari seorang pembaca buku Taaruf, usai membaca buku tersebut. Tami, begitu ia dipanggil, membeli buku Taaruf langsung dari saya. Mulanya saya bingung, untuk apa Tami membeli buku itu? Bukankah dia sudah menikah? Lalu, saya berpikir, mungkin buku itu untuk dihadiahkan. Pertanyaan baru terjawab setelah Tami mengirim sms di atas. Rupanya dia akan menjadi “mak comblang.” Alias, perantara taaruf.
Hmm… bicara soal mak comblang, saya sendiri juga sudah beberapa kali diminta mencarikan jodoh, setelah buku Taaruf diterbitkan. Kalau praktek Taaruf, tentu saja sudah pernah dengan lelaki yang sekarang menjadi suami saya. Tapi, menjadi mak comblang? Ah, akhirnya saya juga harus mempraktekkannya. Dan ternyataaa… TIDAK MUDAH.
Ada dua lelaki yang minta dicarikan istri. Usia mereka masih teramat muda, di bawah 25 tahun. Saya pikir mudah mencarikan istri, karena selama ini memang stok calon istri lebih banyak daripada stok calon suami. Eh, ternyata….
Usaha pertama gagal, karena si lelaki, sebut saja A, tidak mau menerima calon istri yang saya tawarkan hanya karena selisih umur satu tahun. Berhubung si perempuan juga menolak karena tidak mau menikah dengan lelaki “berondong,” alias yang usianya lebih muda, akhirnya taaruf awal itu pun tak berlanjut.
Si lelaki B, yang juga usianya di bawah 25 tahun, belum-belum sudah menolak saya carikan yang setahun-dua tahun lebih tua, karena merasa tidak percaya diri. Padahal, perbedaan umur itu hanya setahun-dua tahun, tidak seperti Rafi Ahmad dan Yuni Shara yang sampai 15 tahun.
Nah, bila calon suaminya berumur di bawah 25 tahun, calon istri yang minta dicarikan jodoh oleh saya itu berumur di atas 30 tahun. Rata-rata perempuan yang sudah siap menikah itu berusia di atas 25 tahun. Kebanyakan perempuan di zaman sekarang, belum siap menikah bila usianya masih di bawah 25 tahun, dengan alasan masih ingin kuliah atau bekerja.
Akhirnya, sampai sekarang saya belum berhasil mencomblangkan satu pun di antara mereka. Itu baru masalah umur. Belum benturan-benturan keinginan lainnya. Ternyata memang tidak mudah mendapatkan rumah di surga, sebagaimana yang dijanjikan kepada para mak comblang. Mendapatkan jodoh, bagi sebagian orang, memang bukan perkara mudah. Terlebih bila masih banyak keinginan-keinginan yang tidak bisa dikompromikan, semisal masalah umur.
Saya rasa, calon suami lebih muda setahun-dua tahun itu bukanlah masalah, bila si calon istri tetap menghargai suaminya kelak ketika sudah menikah. Meskipun suaminya berusia lebih muda, istri tetap patuh dan taat terhadap perintah suami. Tidak menganggap bahwa suami “masih kecil,” lalu bersikap sewenang-wenang.
Calon suami pun sebenarnya lebih diuntungkan bila mendapatkan calon istri yang usianya lebih tua, karena biasanya cenderung lebih sabar, “ngemong,” dan “nrimo.” Ngemong, maksudnya memomong, alias keibuan, karena mental dan fisiknya sudah siap untuk menjadi ibu. Sedangkan nrimo, artinya menerima. Kecenderungannya, menerima kondisi suami bagaimanapun adanya, karena telah lama ditempa oleh pengalaman hidup.
Berbeda dengan perempuan yang usianya masih unyu-unyu. Impian mereka biasanya masih tinggi. Pengen ini, pengen itu, sehingga kelak jadi banyak tuntutan terhadap suami. Mereka juga biasanya lebih manja, haus perhatian, bahkan “cengeng.” Meski tidak semuanya begitu, lho….
Mari kita lihat Rasulullah dan Khadijah. Bukankah Khadijah lebih tua 20 tahun daripada Rasulullah? Tetapi, justru bersama dengan Khadijah-lah Rasulullah merasa nyaman. Rasulullah justru lebih mencintai Khadijah dibandingkan dengan istri-istrinya yang lain, bahkan dibandingkan dengan Aisyah, yang usianya lebih muda. Sebab, sifat keibuan Khadijah, telah menentramkan Rasulullah selama hidup berumah tangga. Yah, meski akhirnya Khadijah pula yang lebih dulu meninggal dunia, momen kebahagiaan berumah tangga bersama istri yang lebih tua itu, terus melekat dalam ingatan Rasulullah, sehingga membuat Aisyah cemburu.
Berbeda dengan Khadijah yang dewasa dan keibuan, Aisyah sebaliknya. Usianya yang masih sangat muda ketika dinikahi oleh Rasulullah, membuatnya manja, mudah emosi, dan cemburuan. Begitulah memang rata-rata sifat perempuan berusia muda. Bagi suami yang tidak bisa bijak menghadapi istri seperti itu, pasti sudah diskak mat. Untunglah, Rasulullah sudah berusia matang, 40 tahun, ketika menikah dengan Aisyah. Jadi, Rasulullah dapat bersikap tenang dalam menghadapi Aisyah yang kekanak-kanakan. Maka tak heran, jika suami istri sama-sama masih muda, unyu-unyu, lalu menikah tanpa bekal mental yang kuat, pertengkaran demi pertengkaran sulit untuk dihindarkan.
Suami dan istri hendaknya saling melengkapi. Perbedaan usia setahun-dua tahun, di mana suami lebih muda daripada istrinya, seharusnya tidak menjadi penghalang bagi seseorang untuk menikah. Oleh karena itu, saya sarankan, bagi yang ingin meminta dicarikan jodoh oleh saya, luruskan dulu niat menikah hanya untuk Allah. Yang kedua, baca dulu buku Taaruf dan pahami benar-benar. Patokan jodohnya itu cukuplah lelaki atau perempuan yang taat kepada Allah, saleh dan salehah. Kriteria lain, nanti saja kalau sudah bertemu muka. Jangan baru setor biodata, langsung mundur karena tidak sreg. Susah juga jadi mak comblang, kalau begini terus…. Hehehe……
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
saya belum pernah jadi mak comblang he he he
ReplyDeleteSusah, mbaaaaa
ReplyDeletesaya rasa saya sedang berpikir bahwa saya akan segera mengambil motor saya untuk sekedar keluar jalan di kota saya sembali mencari buku yang saya inginkan di atas.. :)
ReplyDelete*cekdompet
Semoga dompetnya memberikan harapan :D
Deletepaling seneng tuh kalo nyomblangin temen mpe nikah.
ReplyDeleteahihihihi.
tapi sekarang timbul permasalahan baru.
yang nyomblangin saya sapa?
Kayaknya ada yg minta dicomblangin juga niih...
Deleteini buku keberapa, Mbak? Selamat ya, semoga banyak memberikan inspirasi kepada para pembacanya. Bicara soal comblang mencomblang, saya jadi tertarik. hehehe....
ReplyDeleteBuku nonfiksi yg keempat, Abi Sabila. Alhamdulillah, aamiiin.... tertarik dicomblangin??? :D
ReplyDeletemau nyomblangin saya nggak mbak? :p
ReplyDeleteMillati, umurmu 23? :D
Deletehargane berapa tokh mba?
ReplyDeleteheheh penegn baca deh.