Monday, April 23, 2012
Resensi Buku: Saat Wanita dan Anak-anak Diperdagangkan
Judul Buku: Sold
Penulis: Patricia Mc Cormick
Penerbit: Edelweiss
Apa yang ada di benak kita ketika mendengar kata “pelacur”? Jijik? Tidak suka? Marah? Profesi rendahan dan ternoda itu memang amat dikecam, tapi mengapa jasa pelacur tetap laris manis? Ada peminat, baru ada barang. Selama masih ada laki-laki mata keranjang, pelacuran tak akan pernah bisa dibasmi.
Saya pribadi, tidak dekat dengan kehidupan macam itu. Alhamdulillah, saya dijauhkan dari kehidupan macam itu. Saya tidak tahu apa-apa tentang dunia pelacuran, tidak pernah bergaul dengan orang-orangnya, paling hanya dengar-dengar saja atau melihat di televisi, ooh… pelacur itu begitu yaaa….
Usai membaca novel Sold dan Existere, mata saya terbuka. Kedua novel ini ditulis oleh dua penulis berbeda, yang satu penulis mancanegara, satunya lagi penulis lokal. Namun, keduanya ditulis berdasarkan riset sang penulis langsung ke tempat pelacuran, bukan sekadar imajinasi. Mata kita pun terbuka lebar mengenai bagaimana sebenarnya dunia pelacuran itu.
Sold, ditulis oleh Patricia Mc Cormickk, mengangkat tentang dunia pelacuran di India. Novel yang ditulis dengan gaya puisi ini, menceritakan tentang Laksmi, gadis 13 tahun, dari keluarga miskin di desa Pegunungan Himalaya. Kemiskinan membuatnya menuruti ajakan seorang Paman untuk bekerja di India. Laksmi tak tahu bahwa kelak ia akan dipekerjakan sebagai pelacur.
Sedangkan Exixtere ditulis oleh Sinta Yudisia. Mengggunakan tiga tokoh utama, salah satunya adalah Jamillah, seorang gadis miskin dari Tegal, yang juga ditawarkan untuk bekerja di Surabaya, tetapi nyatanya dijual sebagai pelacur di Komplek Pelacuran Dolly. Ada kemiripan ide dari kisah Laksmi dan Jamillah, yang sama-sama gadis dari keluarga miskin dan dijual sebagai pelacur. Barangkali kemiripan ide ini karena memang kenyataannya begitulah awal mula sebuah pelacuran; kemiskinan.
Membaca Sold, akan terasa lebih ringan, karena ditulis dengan kalimat yang singkat-singkat dengan irama puisi. Meskipun berima, tetap mudah dicerna karena tidak memakai bahasa dewa. Fokus terhadap kehidupan Laksmi sejak masih di desa hingga menjadi pelacur. Laksmi yang terbiasa menahan lapar, pada akhirnya mengalah pada keadaan, berangkat ke kota demi memakmurkan kehidupan orang tuanya yang sangat miskin. Tak seindah harapan, ternyata dia dijual ke komplek pelacuran di Kalkutta, India. Laksmi sempat bertahan berhari-hari disekap tanpa makan minum karena menolak menjadi pelacur. Hingga akhirnya dia dibius dan digagahi dalam keadaan tidak sadar. Lelaki yang menggagahinya adalah lelaki yang sudah berumur. Sejak itu, Laksmi pasrah pada keadaan. Dia harus membayar hutang kepada mucikari, sehingga harus menjual tubuhnya. Sayangnya, itu bagai menegakkan benang basah. Hutangnya tak pernah bisa terbayar karena bunga yang selalu meningkat. Selamanya dia terperosok ke dalam dunia pelacuran. Tragis dan ironis.
Existere menggunakan bahasa yang padat, bahkan cenderung ilmiah. Lebih komplek permasalahannya, karena juga mengangkat dua tokoh lainnya, Ochi yang salihah tapi mandul, dan Vanya yang binal tapi subur. Milla, Ochi, dan Vanya, memiliki keterkaitan satu sama lain, yang dihubungkan dengan Komplek Pelacuran Dolly. Miris sekali mengingat Dolly berada di Surabaya, yang notabene kota Kiyai Langitan. Namun, bagaimana cara mengeluarkan mereka?
Ochi, sang aktivis, adalah salah seorang yang berusaha mengentaskan kemiskinan di sekitar Dolly. Tak disangka, sahabatnya sendiri, Vanya, terjerumus ke dalamnya. Ochi geram, karena dirinya yang suci justru sulit mendapatkan momongan, sedangkan Vanya yang pelacur mudah sekali hamil dan menggugurkan kandungan. Sedangkan Milla yang bercita-cita hanya sebentar saja menjadi pelacur, nyatanya tetap menjadi pelacur seumur hidupnya.
Ke luar dari profesi pelacur, rupanya bukan hal yang mudah. Para mucikari akan mengerahkan kaki tangannya untuk menekan si pelacur yang berniat berhenti, bahkan bisa membunuh di pelacur. Para pelacur juga sulit meninggalkan kehidupan glamour mereka dari uang yang mereka dapatkan. Apabila mereka keluar karena menikah, maka mereka harus menikah dengan orang kaya agar sanggup membiayai kehidupan mereka. Jika laki-laki yang menikahi mereka sama saja miskinnya, sebagian besar pelacur itu dapat kembali lagi ke profesi semula. Belum lagi kebutuhan akan seks yang tinggi karena kebiasaan selama menjadi pelacur. Dalam sehari semalam, mereka bisa melayani puluhan lelaki. Kebiasaan seks itu terbawa juga setelah menikah dan lelaki yang menikahi mereka belum tentu sanggup melayani kebutuhan seks itu.
Pantas sajalah jika pelacuran sulit diberantas dari muka bumi ini, meskipun agama mana pun menentangnya. Terlebih para pemakai jasa pelacur itu banyak juga aparat-aparat pemerintah dan hukum yang semestinya menegakkan peraturan. Wanita dan anak-anak menjadi korban perdagangan manusia, sebab pelacuran sama saja dengan memperdagangkan manusia.
Maka, bacalah kedua buku ini untuk tahu dunia mereka.
Judul Buku: Existere
Penulis: Sinta Yudisia
Penerbit: Lingkar Pena
Kalau gak salah buku ini pernah mendapatkan penghargaan ya, Mba?
ReplyDelete