Saturday, March 31, 2012

Tips Menulis: Edit Naskahmu Sendiri, Yukk...

Baru saja saya selesai membaca novel terbitan penerbit ternama yang tak perlu saya sebutkan namanya, khawatir di-UU-ITE-kan. Agak kecewa karena ada banyak typo atau salah ketik di sana. Kecewa karena itu penerbit nasional yang ternama, tapi kenapa masih ada banyak typo? Apa kerja editornya, nih? Atau, kalau editor hanya mengedit isi naskah, bagaimana dengan proofreadernya? Atau, pemeriksa aksara di layout? Saya pernah bekerja di penerbitan, jadi tahulah proses penerbitan buku. Setelah diedit oleh editor, naskah dilayout, lalu dibaca oleh proofreader untuk mencari adanya kesalahan layout atau salah ketik, lalu diprint lagi, diperiksa lagi. Setelah oke, baru masuk percetakan. Tapi, kalau banyak typo-nya begitu, apa kata pembaca?



Di twitter, seorang penulis ternama juga mendapatkan kritikan dari pembacanya. Saat ia menyebutkan berapa tahun waktu yang ia butuhkan untuk menyelesaikan novelnya dan ia menjawab, empat tahun. Pembacanya nyeletuk, “empat tahun tapi logika ke mana-mana dan ada banyak typo?” Saya sendiri bukan tidak pernah terbebas dari typo. Saya pernah juga dikritik oleh pembaca karena ada typo dalam novel saya. Itu membuat saya lebih teliti lagi dalam mengedit naskah sendiri. Ternyata, menerbitkan buku di penerbit ternama, dengan karyawan lengkap, editor dan proofreader, bukan berarti naskah diedit dengan bagus dan bebas dari typo. Jadi, dimulai dari penulislah dihasilkan naskah yang rapi. Oleh karena itu, marilah kita, para penulis, untuk belajar mengedit tulisan sendiri.

Pertama, kerapian naskah. Susunan paragraph yang benar, menggunakan first line atau menjorok ke dalam di kalimat pertama. Ketika saya membaca naskah-naskah peserta antologi, ada saja yang paragrafnya tidak menjorok ke dalam di kalimat pertama. Jadi lempeng saja. Tentu akan pusing membacanya. Lalu, kata pertama di awal kalimat, haruslah menggunakan huruf besar, sekalipun berada di dalam tanda petik.

Kedua, perhatikan huruf besar dan huruf kecil. Jangan yang seharusnya huruf besar, jadi kecil, dan sebaliknya. Juga perhatikan penggunaan “di” untuk menyatakan tempat, dan “di” untuk kata kerja. Jadi, coba cari referensi buku-buku mengenai EYD. Di blog ini juga ada dibahas mengenai EYD.

Ketiga, baca ulang naskahmu. Siapa tahu masih ada typo. Kalau belum puas, bisa minta orang lain, teman dekat, untuk membacanya. Biasanya, orang lain lebih teliti untuk mengoreksi naskahmu, karena mereka baru pertama membaca karyamu, jadi belum bosan. Kalau orang sudah bosan, bacanya dipercepat atau dilewat-lewat.

Oya, selama saya menyeleksi naskah-naskah peserta antologi, saya juga sering melewatkan naskah yang berantakan. Okelah, memang saya baca sekilas, tapi kalau ada naskah peserta lain yang lebih rapi dan bagus, maka yang berantakan itu saya eliminasi. Saya agak mumet kalau harus merapikan dan mengedit naskah yang berantakan itu. Tidak mungkin kan saya serahkan langsung ke penerbit dalam bentuk aslinya? Saya selalu mengirim susunan naskah antologi dalam bentuk yang rapi dan sudah diedit semua. Jadi, kalau mau lolos seleksi naskah antologi saya, salah satu syaratnya, silakan edit naskahmu sendiri sebelum dikirimkan kepada saya. Salah-salah sedikit, tidak mengapa. Asal jangan banyak-banyak.

Ok, semoga sukses mengedit naskahmu sendiri….

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....