Penulis: Riawani Elyta
Penerbit: Bukune
Sekali lagi saya diberikan kesempatan untuk membaca novel Mba Riawani Elyta. Sempat terpikir gaya menulisnya akan sama dengan novel pertamanya, Tarapuccino. Lantas tercenganglah saya ketika mendapati nuansa berbeda di novel bersampul hijau pupus nan lembut ini. Kover sederhana tapi memikat. Kalau itu sudah pasti jasa desain kovernya, hehe… Kover yang dapat menggambarkan isinya, sebab isinya pun lembut dan romantis.
Patutlah bila disebutkan bahwa Riawani Elyta adalah penulis serba bisa. Di novel Tarapuccino, ia dapat bercerita dengan alur cepat dan gaya bak Agatha Cristie. Tetapi, di novel ini, ia dapat bercerita dengan lembut dan gaya bak Danielle Steel. Sebab, Hati Memilih adalah novel romantic. Uniknya, ini debut pertama Mba Lyta dalam menulis novel romantic, dan langsung menjadi finalis 20 besar Sayembara Menulis Novel Roman 100% Indonesia yang diadakan oleh penerbit Gagas Media.
Novel ini bercerita tentang Risa Mutia, seorang gadis muda dari Tanjung Pinang (kepulauan Riau), yang tengah merantau ke Jakarta. Ia tinggal di rumah pamannya, Fuad. Kondisi rumah tangga pamannya yang “panas” membuatnya tidak nyaman dan memutuskan untuk kos di rumah sederhana. Keluarga pamannya bisa dikatakan amburadul. Aida, putri pamannya, ditangkap polisi karena kasus narkoba. Aida juga telah bercerai dengan Hazri, suaminya, dan memiliki seorang anak berumur 5 tahunan, Camelia.
Suatu ketika, ibunda Aida menitipkan Camelia kepada Icha (nama panggilan Risa Mutia), agar terlepas dari sorotan media massa yang sedang riuh memberitakan kasus narkoba yang menimpa Aida. Maklum, Aida seorang model papan atas. Sejak itu, hari-hari Icha dihabiskan bersama Camelia, gadis yang wajahnya mirip ayahnya. Hazri, sang ayah, dilarang menemui Camelia. Tetapi, ketika tahu Camelia dititipkan ke Icha, Hazri sering datang untuk menengok anaknya. Akibatnya, benih-benih cinta pun tumbuh di antara Hazri dan Icha.
Namun, mampukah Icha menerima sisi buruk Hazri, sebagai seorang duda cerai dan dianggap telah menelantarkan Camelia? Belum lagi kesukaan Hazri menghabiskan malam di night club. Sementara Icha tergolong lurus dan baik-baik. Ada pula sebuah rahasia yang disembunyikan oleh Hazri, menampilkan sisi misterius lelaki itu.
Novel ini patut diacungi jempol. Genre romantic dan diterbitkan oleh penerbit umum (bukan penerbit Islam), tidak menghilangkan sisi-sisi islaminya. Saya seperti sedang membaca novel islami, meski Icha digambarkan tidak berjilbab. Mba Lyta berhasil memasukkan nuansa islami ke dalam novel ini, meskipun tidak terang-terangan.
Kalimat-kalimat puitis dan dalam, dengan nuansa lembut dan romantic, berhasil dirangkai oleh penulisnya. Bukan sekadar taburan dialog biasa yang hanya mempertebal halaman. Setiap untaian kalimat yang dirangkai, pastilah berdasarkan pemikiran panjang penulisnya. Sosok Icha ditampilkan sempurna, pintar, baik budi, dan pengertian. Namun, sosok Hazri ditampilkan banyak kekurangan. Jadi, novel ini jauh dari stigma “Cinderella.”
Kekurangannya, ada beberapa kalimat yang salah ketik, tapi tidak cukup menganggu. Hanya satu yang cukup menganggu saya (ini pandangan subyektif), adalah banyaknya adegan Hazri tengah merokok. Saya pernah membaca imbauau KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), agar tayangan televisi (khususnya film dan sinetron) meniadakan adegan-adegan pria merokok, agar tidak ditiru anak-anak atau tidak menjadi kampanye merokok. Meski tidak menyebut soal novel, saya lebih suka jika para penulis pun mengikuti imbauan KPI untuk meniadakan atau mengeliminir adegan pria merokok.
Bila Anda kesulitan mendapati novel ini di toko buku, pasti karena sudah sold out. Kabarnya, novel ini akan cetak ulang, padahal baru dilaunchiing dua bulan lalu. Selamat!
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....