Silver Phoenix: Novel Fantasi yang Menghipnotisku
Sejujurnya, aku kurang suka membaca novel fantasi. Harry Potter? Belum pernah aku baca sampai selesai, hanya dua bab pertama. Sebagai pembaca, ini salah satu keburukanku. Dua bab pertama tidak menarik, buku langsung disingkirkan. Berhubung tidak punya novel Harpot satu edisi pun, jadi tidak pernah memaksakan diri untuk membaca. Dulu pernah pinjam dari perpustakaan, malah adikku yang lahap.
Aku membeli Silver Phoenix dari penerbitnya langsung via internet. Kala itu ada penawaran diskon 30%. Aku tertarik membeli karena setting kisahnya di tanah Tiongkok, dan aku memang suka membaca kisah-kisah yang bersetting Tiongkok, sejak SMP. Gara-gara nge-fans dengan Andy Lau dan sebangsanya, hehe…. Sebenarnya, saat membaca sinopsisnya, aku kurang tertarik. Novel fiksi fantasi petualangan. Kupikir mungkin mirip-mirip Harpot. Tapi, aku beli juga karena suka dengan settingnya.
Ditulis oleh Cindy Pon, seorang penulis keturunan Cina yang tinggal di Los Angeles. Silver Phoenix berkisah tentang Ai Ling, gadis 15 tahun, yang punya kekuatan membaca pikiran orang lain dan melihat makhluk gaib.
Prolog dimulai ketika selir kaisar kerajaan Xia, Jin Lian, akan melahirkan. Bayinya laki-laki, namun segera dilarikan oleh dayangnya, Hong Yu, dan diserahkan kepada Master Wen. Kaisar hanya mendapatkan laporan bahwa bayi lelakinya meninggal dunia.
Belasan tahun kemudian, seorang gadis beranjak remaja, Ai Ling, mulai diajari ilmu-ilmu orang dewasa oleh ibunya, Tunggu dulu, bukan ilmu matematika, kimia, atau fisika, apalagi ilmu-ilmu silat, hehe… melainkan ilmu “Penyatuan Dua Sejoli.” Maksudnya, Ai Ling mulai dipersiapkan untuk menjadi seorang istri, sehingga diajari hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan. Ai Ling memasuki masa perjodohan, tapi sayang gagal di tempat, setelah calon besan mengetahui bahwa ayah Ai Ling, Master Wen, yang pernah bekerja di istana, telah dipecat dengan tidak hormat. Anehnya, Ai Ling sudah mengetahui penolakan itu dengan membaca pikiran si calon besan. Sebuah kekuatan yang membuatnya tersentak.
Ai Ling memang senang membaca buku. Ia suka ke perpustakaan ayahnya, yang terletak di bawah tanah rumahnya. Ia boleh membaca semua buku, tapi ada satu yang dilarang keras oleh ayahnya. Semakin dilarang, Ai Ling malah semakin ingin membacanya. Ayahnya seorang cendekiawan dan pernah mendapatkan posisi terhormat di istana, sebelum sebuah kasus pengkhianatan terhadap kaisar terungkap. Usai perjodohan yang gagal itu, ayahnya dipanggil ke istana, selama waktu yang tidak ditentukan. Saat itulah, Ai Ling melampiaskan rasa penasarannya terhadap buku yang dilarang oleh ayahnya. Sebuah buku menyeramkan, berisi belasan monster dengan bentuk rupa yang tidak pernah terpikirkan olehnya.
Selain itu, Ai Ling semakin menyadari bahwa dirinya mampu membaca pikiran orang lain. Ia bisa membaca pikiran Master Huang, si lintah darat, yang ingin memperkosanya. Ketika kabar tentang ayahnya tidak pernah datang, Master Huang lancang meminta Ai Ling dari ibunya. Ibunya pun terlihat mulai menyerah pada nasib dan terpaksa menikahkan Ai Ling dengan Master Huang. Ai Ling tidak sudi dan memilih untuk meninggalkan rumah. Ia ingin ke istana untuk mencari ayahnya. Saat itulah, petualangannya dimulai.
Dunia luar benar-benar mengerikan bagi seorang gadis beranjak dewasa yang tidak pernah pergi jauh dari rumahnya. Hanya sebuah liontin pemberian sang ayah, yang memberinya kekuatan. Sebab, ayahnya bilang, liontin itu akan memberinya kekuatan dan keselamatan. Ia semakin takut bila teringat lagi gambar-gambar monster di dalam buku kematian, buku yang diam-diam dibaca olehnya tanpa sepengetahuan ayahnya. Ia menyesal telah membaca buku itu.
Imajinasi Cindy Pon dalam menggambarkan petualangan Ai Ling, benar-benar mengagumkan. Terlebih ketika satu demi satu monster di dalam buku kematian, berjumpa dengan Ai Ling. Monster pertama adalah Si Pencari Kehidupan, berupa seorang wanita cantik dan seksi, yang memiliki tiga payudara. Namun, hanya Ai Ling yang dapat melihat ketiga payudara itu. Wanita itu mengincar nyawa para lelaki hidung belang. Semua lelaki yang tidur dengannya akan mengalami kematian. Dan sungguh tidak disangka, salah satu dari lelaki itu adalah Master Huang. Master Huang memang telah mati, usai berhubungan dengan wanita itu, tetapi Ai Ling tidak ingin pulang ke rumahnya. Ia ingin meneruskan perjalanan mencari ayahnya.
Rupanya Ai Ling memang membawa aura tertentu, sehingga bisa melihat para monster dan menjadi incaran para monster. Dan benar kata ayahnya, setiap kali Ai Ling terdesak, liontin di lehernya mengeluarkan cahaya hebat dan membantunya menaklukkan monster-monster.
Selain penggambaran monster-monster yang menakjubkan, Cindy Pon juga memperkenalkan aneka macam makanan khas Tiongkok tempo dulu. Ai Ling dikisahkan sebagai gadis yang doyan makan. Ada siomay kukus, mie ayam, dan sebagainya. Jadi lapeeer…. Petualangan Ai Ling nyaris terhenti ketika bertemu dengan monster air dan nyaris tenggelam. Ia ditolong oleh seorang pemuda tampan berwajah indo, lain daripada yang lain, bernama Chen Yong. Chen Yong juga sedang mencari jawaban atas sebuah rahasia, lalu ia memutuskan untuk membersamai Ai Ling. Kedua sejoli itu berjalan bersama-sama dengan dua tujuan berbeda, yang ternyata saling berhubungan.
Siapakah Chen Yong yang ternyata juga menjadi incaran para monster?
Mengapa bisa ada pemuda bule di tanah Tiongkok?
Apakah Chen Yong dan Ai Ling saling jatuh cinta? (halaaah…)
Mengapa selir Jin Lian menyembunyikan kelahiran bayinya?
Mengapa kaisar menahan ayah Ai Ling?
Kita juga dibawa berkunjung ke negeri para lelaki, yang semua penduduknya laki-laki. Juga negeri para perempuan yang semua penduduknya perempuan. Di negeri perempuan, ada sungai hamil. Jika para perempuan mau hamil, dia tinggal mandi ke sungai itu, dan hamil deh…. Ada-ada saja, ya? Tapi, top deh buat keliaran imajinasinya. Sayangnya, bagi yang ingin mendapatkan romansa antara Chen Yong dan Ai Ling, siap-siap kecewa, karena ini novel fantasi petualangan, bukan novel romantis. Ada sih sedikit-sedikit sisi romantisnya, tapi memang hanya sedikit.
Penuturan Cindy Pon dalam novel ini juga indah dan lembut, meskipun banyak adegan perkelahiannya, khas novelis perempuan. Kita diajak menikmati tradisi Tiongkok zaman dulu, dari mulai latar tempatnya, makanan-makanan, dan ciri khas penduduknya. Juga para monster yang terinspirasi dari mitos-mitos yang berlaku di tanah Tiongkok. Jadi, jangan heran bila di novel ini juga ada naga, karena naga adalah salah satu binatang mitos negeri Cina. Dan tentu saja, jawaban dari semua rahasia antara Chen Yong dan Ai Ling yang saling berkaitan. Di balik dua tujuan berbeda itu, ada satu tujuan yang lebih penting, yang baru mereka ketahui belakangan. Tujuan besar, menyangkut kelangsungan hidup manusia. Melenyapkan kekuatan jahat yang telah berabad-abad mencengkram istana Xia. Alasan mengapa Ai Ling menjadi incaran para monster. Penasaran, kan?
Oya, sebetulnya aku membuat resensi ini karena memang terpesona oleh isinya, tapi ketika sedang mencari kovernya di fb Penerbit Red Line, aku menemukan info lomba menulis resensi buku penerbit Red Line. Waah… kebetulan banget, dunk…. ^_^ Moga-moga saja lolos dan dapat hadiah buku-buku bagus dari Penerbit Red Line.
Selamat menikmati Silver Phoenix yang indah dan menakjubkan ini. Percayalah, Anda tidak akan menyesal. Saya benar-benar tidak bisa menyebutkan kekurangan dari buku ini, karena buku ini memang menakjubkan dan berhasil menghipnotisku untuk membacanya sampai halaman terakhir. Bahkan jadi terinspirasi ingin menulis novel fantasi juga, padahal sebelumnya tidak pernah tertarik sama sekali. Para penulis yang ingin mengembangkan imajinasi dan kepiawaian bercerita, terutama fiksi fantasi yang detil tapi tidak rumit, wajib membaca buku ini. Bahasanya indah, tapi tidak rumit, apalagi membuat kening berkerut-kerut. Setiap lembarannya membuat kita ingin membuka lembaran berikutnya.
wah baca resensinya, jadi penasaran pengen baca. :)
ReplyDeleteKeren nih resensinya. Meski panjang tapi tidak membosankan :D
ReplyDelete