3
Hai, teman-teman! Cira lagi, nih! Gue kasih tahu, ya. Ini hari pertama Cira punya pacar! Cira seneng banget! Bayangin, Cira punya pacar! Pacar Cira juga nggak sembarangan. Derry tinggi, tegap, pinter (kan Ketua Kelas) en tentunya berdoku, dong. Seharusnya semua orang tahu ini. Biar semua orang yang meragukan Cira bisa koit! Cira, bisa juga punya pacar. Sayang, Derry belum siap bilang-bilang sih. Sebenarnya Cira sedih. Mungkin aja dia nggak mau bilang-bilang karena malu punya pacar Cira. Hiks! But, Cira tetap senang. Setidaknya Derry tulus mencintai Cira. Cihuiii!
“Cira?” kening Putty berkerut melihat penampilan Cira hari ini. Cira tersenyum. Maniiis sekaley.
“Bagus, nggak?” tanya Cira sambil memegangi rambut chaggy-nya. Untuk menyambut hari pertamanya BERPACARAN dengan Derry, ia bela-belain ke salon biar rambutnya yang kemarin biasa-biasa saja menjadi luar biasa. Dichaggy, dong….
“Bagus sih, tapi….”
“Cira! Lu potong rambut, ya?!” teriak Milly, Fera dan June, tiba-tiba. Ugh! Cira nggak mau dengar komentarnya. Pasti….
“Jelek tau! Lu kan gendut. Kalo dipotong pendek, pipi lu jadi tambah tembem!” seru Milly. Tuh, kan…. Wajah Cira langsung berubah keruh.
“Ngapain sih lu potong rambut? Hasil nggak bagus, yang ada malah buang-buang duit!” tambah Fera.
“Hus! Kalian!” Putty melotot.
“Eh, Cira. Rambutnya baru, yah?” tanya June. Cira mengangguk. Apakah June punya komentar yang menyakitkan juga?
“Em…kalo mau potong rambut, baiknya konsultasi dulu ke kita-kita. Siapa tahu kita bisa ngasih masukan. Katanya sih, orang yang pipinya tembem itu harusnya berambut agak panjang biar ketutupan.” Urai June. Tuh, kan….
“Bener, kan Cira! Lu nggak cocok sama potongannya, nih!” cerocos Milly. Fera ikut mencibir.
“Heh! Cocok atau enggak, itu urusan Cira. Kalian ikut campur banget, sih!” lagi-lagi Putty membela Cira. Itu yang bikin seiri apapun Cira sama Putty, tetap aja Cira nggak bisa membencinya.
“Ah, elu sih temen yang membunuh, Put. Temen yang baik itu harusnya ngasih saran yang terbaik buat temennya dong. Bukan malah mematikan!” tukas Milly.
“Iya, Mil. Muji sih boleh, tapi harus lihat dulu. Pantes nggak dipuji.” Fera manggut-manggut.
“Ada apa sih ini? Pagi-pagi kok udah berisik?” tanya Farhan, tiba-tiba.
“Tuh, Cira. Potongan rambutnya nggak cocok banget sama mukanya. Iya, kan, Far?” Milly, Fera dan June mencari dukungan. Farhan tersenyum.
“Yah, tidak apa-apa. Kok jadi kalian yang ribut.” Ujarnya. Putty mentertawakan ketiga gadis itu.
“Tuh, kan. Kalian aja sih yang rese!” serunya. Cira yang merasa dibela, jadi malu-malu kucing.
“Eh, Farhan, gue kan cuma ngasih saran. Menurut gue sih, mukanya Cira jadi tambah tembem dengan potongan rambut pendek itu.” Cerocos Milly. Farhan senyum-senyum lagi. Gimana cewek-cewek nggak bergelimpangan melihatnya?
“Beberapa bulan lagi juga panjang lagi. Kalau sudah nggak sabar, pakai jilbab saja.” Katanya, ringan. Semua yang hadir di sana jelas aja terkejut.
“Pakai jilbab?!”
“Iya. Kalau kita bisa memakai strategi yang jitu, jilbab bisa mengoreksi kekurangan wajah kita.” Jelas Farhan sambil masih senyum-senyum. Semua bertatapan.
“Wah, lu tau juga soal itu.” Putty geleng-geleng kepala.
“Iya lah. Orang yang pakai jilbab kan nggak kelihatan apakah dia kurus atau gendut. Bisa disiasati. Tapi tentunya memakai jilbab bukan cuma untuk kelihatan lebih kurus atau gendut aja, lho. Persiapan hatinya juga penting.” Jelas Farhan. Semua berpandangan.
“Maksudnya apa, Far?” tanya Putty, antusias. Maklum, dia kan memang sudah berniat memakai jilbab.
“Yah, ibadah dan akhlaknya meningkat.” Jelas Farhan.
“Oh…gitu.” Semua manggut-manggut.
“Yang penting adalah niatnya. Niatnya hanya Allah semata. Oke, Cira. Supaya kamu nggak dipusingin soal rambut, sebaiknya kan pakai jilbab. Sudah dulu, ya. Bel masuk sudah bunyi, tuh!” kata Farhan sambil meninggalkan kumpulan gadis-gadis itu. Cira dan Putty berpandangan lagi.
“Sst…Cira. Kayaknya Farhan perhatian banget ya sama elu. Tadi aja belain elu banget. Sampai mati rasa tuh tiga Ratu Gosip!” bisik Putty. Cira jadi GR mendengarnya. Mungkin wajahnya jadi merah.
“Ah, enggak, kok….”
“Eh, bisa aja lagi Farhan naksir elu. Kan kalian pernah duduk berdua.” Putty malah terus mengompori.
“Udah ah, Put. Kalau pun dia naksir, gue nggak mau, ah.” Cira geleng-geleng kepala. Kening Putty berkerut.
“Kenapa? Bukannya dulu lu pernah naksir dia. Dia juga keren abis.” Putty heran. Cira nyengir.
“Habis dia suka ceramah, sih!” serunya membuat Putty melongo.
***
Bener nggak sih Farhan naksir gue? Tuh, kan gue jadi GR lagi. Nggak pa-pa, dong. Cewek kan feelingnya kuat. Mungkin Farhan emang naksir gue, tapi…gue udah punya Derry, tuh! Gue sengaja potong rambut biar kelihatan lebih fresh. Biar Derry makin naksir sama gue. Gitu! Gue tahu, di mata orang-orang, apapun yang gue lakuin pasti salah. Tapi gue nggak peduli. Yang gue peduliin cuma komentar dari Derry. Sayang, Derry belum sempat ngasih komentar. Habis tadi dia dateng telat, sih.
“Hai, Cira!” sapa Derry yang tiba-tiba saja sudah duduk di bangku depan Cira. Penghuninya, Milly dan June memang sedang kabur ke kantin. Guru Ekonomi nggak datang sih. Cira jadi deg-deggan melihat pangeran kesayangannya itu datang.
“Eh, Derry….”
“Lu potong rambut, ya?” tanya Derry. Cira mengangguk malu-malu. “Bagus, lho.” Puji Derry. Cira jadi makin malu. Yes! Komentar yang mematikan, gue nggak peduli. Yang penting pujian dari Derry! Batin Cira berseru.
“Eh, Putty, lu nggak potong rambut juga?” tanya Derry pada Putty yang masih menyalin PR Ekonomi sebagai ganti absennya guru. Putty tersenyum.
“Em…belum kepikiran.” Jawabnya dengan senyum yang bikin cowok mana pun terkesima. Pantas saja mata Derry tak mau pindah.
“Serius amat, sih? Gurunya juga nggak ada.” Kata Derry sambil usil menutup buku catatan Putty. Putty melotot. Melotot begitu juga dia tetap cantik.
“Eit! Ngapain sih lu? Ganggu aja!” omelnya. Derry mesem-mesem. Cira yang melihat adegan itu jadi gerah sendiri. Kok perhatian Derry jadi ke Putty, sih?
“Udah nggak usah dikerjain, Put. Liat punya gue aja nanti.” Kata Derry lagi. Putty tersenyum.
“Kalau gitu namanya gue nggak berusaha. Udah deh, sana balik! Nih udah masuk jamnya pak Roni!” katanya sambil melihat jam tangannya.
“Enggak ah, gue mau di sini. Gue kan mau ngobrol sama Cira. Ya nggak, Ra?” kata Derry sambil mengerlingkan mata ke Cira. Cira manyun. Ngobrol sama gue? Bukannya dari tadi perhatiannya ke Putty mulu? Gue jadi khawatir, nih. Gumamnya dalam hati.
“Oke deh. Ngobrol, ngobrol. Tapi ngomong-ngomong, pak Roni udah masuk, tuh!” kata Putty. Derry terkejut. Buru-buru ia kembali ke tempat duduknya meninggalkan Cira yang masih manyun.
“Eh, ngapain tuh si Mike Tyson kemari?” tanya Milly, Fera dan June yang baru balik dari kantin. Putty melirik Cira.
“Biasa….”
“Deu…Cira….” Ketiga gadis itu mengerjapkan mata. Cira jadi nggak enak.
***
Bel pulang berbunyi. Cira buru-buru memasukkan semua bukunya ke dalam tas.
“Cira! Tungguin gue! Lu jangan ngabur lagi kayak kemaren, lho!” seru Fera, teman seperjalanan Cira.
“Iya, iya.” Cira melengos. Sebenarnya ia malas banget pulang bareng Fera. Kalau pas pulang aja, baik-baikin. Tapi kalau sudah di kelas? Mulai deh ribut bareng gengnya. Eit! Kok lupa, ya? Sekarang kan dia sudah punya pacar. So pasti Derry bakalan nganterin dia pulang, dong!
“Cira, ayo!” ajak Derry yang tiba-tiba sudah ada di depan muka Cira. Tuh, kan! Cira mengangguk cepat. Derry tersenyum manis, tapi…bukan untuk Cira, melainkan Putty.
“Gue balik dulu ya, Put.” Katanya.
“Balik deh.” Putty menjawab asal.
“Ayo, Ra!” Derry menarik tangan Cira.
“Aduh! Jangan cepat-cepat, dong!” jerit Cira.
“Gue perlu ngomong sama elu, nih! Musti cepat sebelum ketahuan kakak gue.” seru Derry.
“Iya, iya. Ngomong apa, sih?” tanya Cira, sebal.
“Gimana? Apa yang bisa elu ceritain ke gue?” tanya Derry. Kening Cira berkerut.
“Cerita apa?”
“Apa aja!”
“Yah…apa?” Cira makin tak mengerti. Otaknya benar-benar nggak jalan saat ini.
“Ayo dong, Cira. Katanya elu mau bantuin gue.” Derry mendesak. Cira benar-benar tak mengerti.
“Bantu apa sih?” tanyanya, bingung. Dari jauh kelihatan kakaknya Derry melambai-lambai di atas sepeda motornya.
“Derry! Cepat!” serunya. Derry melengos.
“Yah…dia udah datang lagi. Besok aja lagi, ya, Ra.”
“Emangnya lu nggak bisa pulang sendirian?” tanya Cira.
“Nggak dibolehin. Dia takut ntar gue nggak pulang tepat waktu. Sorry ya, Ra! Bye!” Derry meninggalkan Cira yang terpaku. Yah…kok begini, sih? Pacaran model apa, nih? Tau, ah! Cira berjalan menuju tempat pemberhentian angkot dengan langkah gontai. Rasanya seperti tak punya pacar. Masa’ dia nggak diantar pulang, sih? Katanya pacaran?
“Cira? Bengong saja?” tegur Farhan, tiba-tiba. Cira terkejut.
“Eh, iya, iya.”
“Tadi kamu ditungguin Fera, lho. Dia marah-marah. Katanya kamu ninggalin dia.” Kata Farhan. Cira menepuk jidat.
“Iya. Gue emang ada janji sama dia.”
“Sudah sholat Dzuhur?” tanya Farhan. Cira melengos. Ini…lagi!
“Belum.”
“Eh, sholat dulu. Sepertinya angkotnya bakal lama.” Farhan mengingatkan. Ugh! Cira bete! Orang lagi kesel diceramahin!
“Iya! Iya! Lu sendiri emangnya udah sholat?!” bentaknya. Farhan istighfar.
“Maaf, Cira kalau kamu jadi marah. Saya sih sudah tadi. Pas bel bunyi saya langsung ke musholla. Maaf, kamu ada masalah? Saya mau kok menampung ceritamu.” Katanya, menyejukkan. Cerita? Emangnya lu siapa gue? Maki Cira dalam hati. Cerita? Dia baru sadar sekarang. Jadi itu maksud Derry tadi. Cerita! Yup! Benar!Orang yang pacaran kan harus saling terbuka. Harus saling menceritakan masalahnya masing-masing, begitu! Jadi tadi maksud Derry baik. Cihui! Cira jadi seneng lagi.
“Makasih, deh. Ntar gue cerita sama orang lain aja. Gue sholat dulu, ya, Far!” katanya sambil meninggalkan Farhan yang termangu sendirian. Perempuan memang membingungkan. Kelihatannya sedang bersedih, eh tiba-tiba tertawa lebar. Aneh!
***
Sekarang gue nggak sedih lagi. semuanya memang harus dijalanin bertahap. Nggak bisa langsung. Derry mungkin belum bisa nunjukin ke orang-orang kalau dia udah punya pacar yaitu gue. Tapi suatu hari nanti, dia pasti bakal ngomong ke orang-orang kalau dai udah punya pacar yaitu gue. Gue nggak perlu nungguin kapan itu terjadi. Yang penting udah jelas, Derry sangat perhatian sama gue. Itu aja seharusnya udah cukup. Kapan lagi sih gue diperhatiin sama cowok kayak gitu? Nah, Cira. Lu bisa tidur nyenyak sekarang. Eh, belum ding. Kalo gue liat-liat, kayaknya Farhan juga naksir gue deh. Udah keliatan dari sikapnya yang…gitu deh. Lu-lu udah tau, kan? Tapi selama Derry masih sama gue, gue nggak bakalan berpaling ke lain hati. Ya, nggak? Nah, sekarang gue bener-bener udah bisa tidur.
------------------------
Klik di sini untuk baca kelanjutannya yaa
------------------------
Klik di sini untuk baca kelanjutannya yaa
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....